Republika: Jumat, 07 Desember 2007
Bentengi Jiwa, Jauhi Narkoba
Dari tahun ke tahun, kasus narkoba terus meningkat. Dari catatan BNN (Badan
Narkotika Nasional) bila pada tahun 2004 kasus narkoba sebanyak 8.409
kasus, maka pada tahun 2004 berlipat menjadi 17.355 kasus.
Mengapa narkoba terus meningkat? Ternyata barang haram ini meminjam istilah
komedian Cici Tegal, bukan barangnya yang enak, tapi duitnya juga enak
menjadi sebuah industri yang menjanjikan. Bayangkan, untuk wilayah
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) saja, peredaran
uang yang terkait dengan narkoba setiap harinya tak kurang dari Rp 10
miliar!
Yang mencengangkan, saat ini tak kurang dari 8.000 siswa SD menjadi
pengguna narkoba. Bahkan, dari data yang dikeluarkan BNN belum lama ini,
dalam lima tahun terakhir, jumlah pengguna narkoba dari kalangan pekerja
swasta cukup mencolok. Tahun 2001, penguna narkoba dari pekerja swasta
sebanyak 1.228 orang, tahun 2006 melonjak tajam hingga 13.914 orang.
Pengguna di kalangan buruh, tahun 2001 sebanyak 833 orang, tahun 2006
melonjak menjadi 4.675 orang. Narkoba juga menembus ke berbagai profesi
tanpa batas hingga ke kalangan aparat Polri dan TNI, meskipun jumlahnya tak
sebanyak pekerja swasta.
Yang sangat mengerikan, seperti diungkapkan Menpora Adhyaksa Dault, setiap
tahunnya 15 ribu warga Indonesia tewas menjadi korban narkoba. Kalau
dihitung rata-rata sehari sekitar 40 orang. Jadi, betapa seriusnya, kalau
setiap tahun harus jatuh korban 15 ribu orang, yang setiap harinya 40 orang
meninggal karena narkoba,'' ungkapnya kepada Republika, Senin (3/12).
Peredaran narkoba juga terjadi tak hanya di Jakarta dan kota-kota besar
lainnya. Bahkan hingga ke pelosok daerah dan luar Jawa. Ketua Badan
Narkotika Propinsi (BNP) Kalimantan Selatan, HM Rosehan NB. Mengatakan,
narkoba sudah merasuk hingga ke desa-desa. Harus ada kemauan dari
masyarakat untuk bersama-sama memerangi narkoba, ujarnya. Sosialisasi dan
imbauan, kata dia menjadi percuma tanpa keterlibatan masyarakat.
Ia mencontohkan dana yang dianggarkan Pemda Kalsel untuk penanggulangan
narkoba sebasar Rp 600 juta. Dana itu, kata dia, hanya terserap untuk
penyuluhan dan inspeksi mendadak. Masyarakat mau tidak mau memang harus
terlibat, ujarnya. Namun para publik figur, yang semestinya menjadi contoh,
juga banyak yang tumbang karena narkoba. Kasus terakhir menimpa aktor gaek
Roy Marten yang digiring ke jeruji besi untuk kedua kalinya dalam kurun
hanya delapan bulan.
Pendapat yang menyebut dunia seni dekat dengan narkoba dimentahkan oleh
musisi dan pencipta lagu asal Bandung Dwiki Dharmawan. Menurut pentolan di
Krakatau Band ini, narkoba sama sekali tidak bisa mendorong kreativitas
musisi atau seniman. Malah sebaliknya, ''Seorang musisi akan mengalami
disorientasi, hilang tempo, tidak konsisten, atau hilang kontrol emosional
dan menyanyi akan fals,'' tegas Dwiki yang belum lama ini sukses menggelar
konser Menembus Batas.
Sutradara dan bintang sinetron Para Pencari Tuhan Dedi Mizwar juga
membantah jika narkoba bisa mendorong seniman melahirkan karya yang baik.
''Bagaimana mungkin seorang seniman dan musisi bisa membuat karya yang
baik, kalau urat syarafnya putus gara-gara narkoba, ujarnya.
Dalam pandangan Ketua umum IKADI (Ikatan Dai Indonesia) Prof Dr Ahmad
satori Ismail mengatakan masalah narkoba dan minuman keras, sudah ada sejak
dulu. Penyebabnya antara lain karena kekosongan jiwa dan harta yang banyak.
''Memang banyak faktor hingga munculnya kecanduan terhadap narkoba. Salah
satunya adalah kekeringan iman, ujarnya. Jadi sebelum gerilyawan narkoba
menyambangi rumah-rumah kita, mari kita siapkan bentengnya: keimanan! n dam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar