Senin, 19 November 2007

Sakratul Maut

Menurut sebagian besar ulama, dekat-dekat akan meninggal malaikat maut akan berulang-ulang mengunjungi orang yang akan meninggal itu. Kadang-kadang ia menunjukan dirinya dengan jelas, bahkan kadang-kadang suaranya jelas terdengar oleh yang bersangkutan. Kedatangan malaikat maut ini sebenarnya adalah suatu peringatan, bahkan tidak lama lagi orang itu akan meninggal. Rupanya malaikat maut ingin memberi peringatan agar orang itu bersiap-siap dengan perbekalannya. Junjungan kita yang mulia, Rasulullah SAW dalam hal ini telah bersabda :

"Apabila Allah bermaksud baik kepada seseorang hamba, maka bentuk malaikat maut itu akan disesuaikan dengan amal salehnya sebelum mati".

Berdasarkan hadits ini, jelaslah bahwa bentuk malaikat maut yang datang itu bergantung kepada tingkat iman dan amal salehnya seseorang. Semakin banyak amal saleh orang itu, maka bentuk malaikat maut yang datang akan semakin menyenangkan. Dan sebaliknya semakin besar dosanya, maka bentuknya akan semakin menakutkan.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa sebaik-baik sikap pada waktu meninggal adalah ingat kepada Allah dengan mengucapkan Lailaha Ilallah. Pada kenyataannya, amat jarang orang yang mampu mengucapkan kalimat sakral ini dengan keikhlasan yang mendalam. Mari kita coba bersama-sama untuk menelaahnya.

Menurut para ahli, pada saat seseorang akan meninggal, yaitu pada saat roh sudah sampai di tenggorokan, maka ingatan, akal, dan ilmu akan hilang. Yang berfungsi hanyalah alam bawah sadarnya. Pada saat kritis ini, setan berusaha sekuat tenaga dengan berbagai cara mengalihkan perhatian orang yang sedang sekarat itu agar jangan sampai mengucapkan Lailaha Illallah. Macam-macam akal dikeluarkannya, mungkin ia menjelma menjadi bentuk ayah atau ibunya yang telah meninggal, atau pun ia menjelma menjadi bentuk yang menakutkan. Semua akal-aklan setan ini tujuannya hanya satu, yaitu agar orang yang sedang sekarat itu terlena atau takut, sehingga akhirnya ia akan lupa kepada Allah. Oleh karena itu, bila kita melihat orang yang sedang berjuang dalam sakratul maut, maka bantulah ia dengan membisikan berulang-ulang kalimat Lailaha Illallah sebagaimana petunjuk yang diberikan Rasulullah SAW:

"Talkinkan olehmu orang yang sedang dalam sakratulmaut itu, dengan mengucapkan Lailaha Illallah. Orang yang mengakhiri perkataannya itu dengan kalimat syahadat, maka dia akan dimasukkan ke dalam syurga".

Salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yaitu Umar bin Khatab berkata, "Ucapkanlah kepada mereka yang sedang dalam sakratul maut itu Lailaha Illah. Mereka itu melihat apa-apa yang tidak terlihat olehmu".

Bagaimana cara mengatasi godaan setan pada waktu sakratulmaut?
Godaan setan yang maha berat pada waktu sakratul maut ini, hanya dapat diatasi dengan satu cara, yaitu rasa cinta yang mendalam kepada Allah SWT. Karena, apa yang paling dicintai, apa yang menjadi kerinduan siang dan malam, maka itulah yang akan teringat oleh kita pada waktu nafas terakhir.

Seringkali kita jumpai orang sekarat yang menepis atau menolak bila dibisikkan "Lailaha Illallah" ditelinganya. Hal ini terjadi karena dalam keadaan sekarat, akal telah pergi, ingatan hilang, hati nurani akan mengenyampingkan semua hal, kecuali pada apa yang dicintai saja. Oleh karena itu, bila kita ingin pada saat meninggal nanti hanya ingat kepada Allah dengan mengucapkan "Lailaha Illallah" maka pupuklah rasa cinta kepada Allah. Karena, sekali lagi, dalam keadaan sekarat, akal akan beku, sedangkan hati hanya mampu mengingat apa-apa yang kita cintai saja.

Rasa cinta jelas mustahil muncul dalam sekejap. Sangat logis bila mengharapkan rasa cinta pada Allah itu muncul pada waktu sakratul maut, di mana akal sudah tidak normal dan setan sedang menggoda dengan seberat-beratnya godaan, serta badan menanggung rasa sakit yang luar biasa seperti ditusuk-tusuk dengan 300 tusukan pedang.

Untuk menumbuhkan rasa cinta pada Allah, biasakanlah berzikirmengingat-Nya. Jadikan Allah itu menjadi kekasih, dan letakkanlah Dia dalam rongga hati kita yang paling dalam.

Para ulama mengatakan, setelah selesai tanya jawab dalam kubur maka roh selanjutnya di alam barzah akan ditempatkan pada tempat-tempat yang sudah disiapkan untuknya, yaitu sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup di alam dunia. Yang amal salehnya banyak, yaitu selalu taat mengerjakan perintah-perintah Allah, akan menempati tempat yang bagus sekali, lebih indah dari kesenangan yang terdapat dalam mimpi. Sedangkan bagi yang selalu membangkang pada perintah-perintah Allah akan mengalami penderitaan yang luar biasa pahitnya, naudzhubillah. Bagi mereka itu, alam barzah adalah benar-benar tempat derita dan sengsara. Dalam hal ini Rasulullah SAW, bersabda:

"Jangalah kamu memaki orang yang telah mati. Karena sesungguhnya mereka telah menemui apa yang mereka amalkan semasa hidupnya".

Marilah dari sekarang kita sadari, bahwa banyak harta sedikit amal saleh ternyata tidak ada gunanya sama sekali. Harta yang dicari mati-matian waktu di dunia, akan dibagi-bagi oleh ahli waris. Bayangkanlah, berpayah-payah mengumpulkan harta, kadang-kadang sudah Maghrib masih di kantor, harta tertumpuk, kita meninggal. Masih terbaring mayat kita di tempat tidur, belum dimandikan dan belum di kafani, para ahli waris sudah bertengkar memperebutkan harta yang kita kumpulkan mati-matian itu. Payah-payah mengumpulkan harta selama ini ternyata hanya untuk mengadu anak berkelahi dengan anak mengenai warisan. Yang dapat kita bawa serta masuk ke liang kubur hanyalah secarik kain kafan, yaitu kain putih sepanjang empat hasta. Tidak lebih dari itu!.

Rasulullah SAW yang mulia bersabda :
"Sesungguhnya kubur adalah tahap pertama dari beberapa tahap tempat di akhirat. Kalau seseorang telah selamat disitu, maka tahap yang sesudahnya akan lebih enteng, dan kalau tidak selamat di situ, tahap yang sesudahnya akan lebih berat lagi".

Ingin saya sampaikan sekali lagi, mengucapkan kalimat "Lailaha Illallah" dengan sepenuh perasaan pada saat sakratul maut. Selintas kedengarannya mudah, namun kenyataannya hanya orang tertentu saja yang sanggup melaksanakannya. Hal ini disebabkan antara lain karena :

a.. Pada waktu sakratul maut, akal atau ingatan sudah tidak berfungsi normal, bahkan dapat dikatakan hilang.
b.. Setan menggoda dengan seberat-beratnya godaan. Biasanya setan muncul di penglihatan orang sekarat itu menyerupai orang-orang yang dikenal dekat dan sudah meninggal.
c.. Rasa sakit yang amat sangat, seolah-olah ditusuk oleh 300 pedang. Dalam keadaan payah seperti itu, jelaslah yang bekerja hanyalah alam bawah sadar saja, yang teringat adalah hanya apa-apa yang kita cintai dan kita rindukan siang malam.
Agar kita mampu mengucapkan pengakuan "Lailaha Illallah" pada saat akan meninggal, maka kita harus cinta atau dekat kepada Allah SWT yang tertanam sampai ke dalam lubuk hati. Untuk itu, satu-satunya jalan adalah: berjihad menundukan nafsu agar menjadi manusia yang bertaqwa!. Ingatlah, kuburan bergerak secara pasti menghampiri kita dengan kecepatan 60 menit perjam. Dan di akhirat nanti, tidak ada jalan keluar dari neraka.

Wallahu a'lam bish-shawab. (TA)

Sumber : http://forum.dudung.net/

----------------------------------------------------------

Telah bersabda Nabi Muhammad S.A.W, kubur itu menyeru manusia tiap2 hari dengan 7 (tujuh) seruan :
1. Wahai manusia, aku rumah ulat, perbanyaklah membaca Al Qur'an.
2. Wahai manusia, aku rumah gelap, terangilah aku dengan sholat malam.
3. Wahai anak adam, aku rumah tanah, bawalah kasur yaitu amal sholeh.
4. Wahai anak adam, aku rumah binatang buas, bawalah tameng yaitu air mata (takut kepada Allah SWT)
5. Wahai manusia, aku rumah tamu, berbekallah untuk dirimu yaitu taqwa.
6. Wahai manusia, aku rumah fakir, bawalah bekal kekayaan untuk dirimu (dengan sedekah & zakat)
7. Wahai anak adam, aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir, maka banyaklah baca "Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya.

Kata Mutiara

Kata Mutiara
Mawlana Syaikh Nazim Adil

"Yang lebih penting daripada ilmu ialah pemindahan
ilmu tersebut dari hati ke hati "

"Kita tidak minta untuk dikenali dan menjadi sesuatu,
karena selagi kita menginginkannya, maka kita masih
belum lagi sempurna"

"KedaulatanNya adalah Melalui KekekalanNya"

"Perjumpaan dengan para awliya meringankan beban kita
dan kita akan merasa ringan dan gembira" , "Adalah
mustahil untuk kita memahami diri kita.
Sekurang-kurangnya kita perlu melihat cermin, karena
tiada siapapun yang dapat mengenali kepincangan di
dalam dirinya "

Saya tidak berkata, “Ikut saya,” karena saya tahu
siapa yang akan ikut bersama saya di Mahsyar kelak "

"Keikhlasan dan Politik tidaklah serasi sebagaimana
Iman dan Penipuan "

“Sudah menjadi suatu aturan yang disepakati di antara
Rijal-Allah, Para Kekasih Allah, bahwa keragaman jalan
ini adalah diperuntukkan bagi mereka yang belum
terhubungkan dan mereka yang belum mencapai akhir
perjalanan, dan belum mendapatkan ‘amanat’-nya,
sementara mereka yang telah mawsul (“sampai”) semua
berada pada satu jalan dan dalam satu lingkaran dan
mereka saling mengetahui dan mencintai satu sama
lain”.

“ Mereka akan berada di mimbar-mimbar cahaya di Hari
Kebangkitan. Karena itu, kita, para Murid dari
jalan-jalan Tariqah mestilah pula saling mengetahui,
mengenal dan mencintai satu sama lain demi keridhaan
Allah dan Nabi-Nya serta para Kekasih-Nya agar diri
kita mampu memasuki cahaya penuh barakah tersebut dan
masuk dalam lingkaran tertinggi dari suhbah
persahabatan dan jama’ah, jauh dari furqa (perpecahan)
dan keangkuhan”.

“Kita telah diperintahkan untuk mencintai orang-orang
suci. Mereka adalah para Nabi, dan setelah para Nabi,
adalah para pewaris mereka, Awliya’. Kita telah
diperintahkan untuk beriman pada para Nabi, dan iman
memberikan pada diri kita Cinta”.

“Cinta membuat manusia untuk mengikuti ia yang
dicintai. Ittiba’ bermakna untuk mencintai dan
mengikuti, sementara Ittaat’ bermakna [hanya] untuk
mengikuti”. “Seseorang yang taat mungkin saja mereka
taat karena paksaan atau karena cinta, tapi tidaklah
selalu karena cinta.”

“ Allah Ta’ala menginginkan hamba-hamba-Nya untuk
mencintai-Nya. Dan para hamba tidaklah mampu menggapai
secara langsung cinta atas Tuhan mereka. Karena
itulah, Allah Ta’ala mengutus, sebagai utusan dari
Diri-Nya, para Nabi yang mewakili-Nya di antara para
hamba-Nya. “Dan setiap orang yang mencintai Para
Nabi, melalui AwliyaNya maka mereka akan menggapai
cinta para Nabi. Dan melalui cinta para Nabi, kalian
akan menggapai cinta Allah Ta’ala.”

“Karena itu, tanpa cinta, seseorang tak mungkin dapat
menjadi orang yang dicintai dalam Hadirat Ilahi. Jika
kalian tak memberikan cinta kalian, bagaimana Allah
Ta’ala akan mencintai kalian?” “Namun manusia kini
sudah seperti kayu kering, mereka menyangkal cinta.
Mereka adalah orang-orang yang kering tak ada
kehidupan! Suatu pohon, dengan cinta, bersemi dan
berbunga di kala musim semi”.

“Tetapi kayu yang telah kering, bahkan seandainya
tujuh puluh kali musim semi mendatanginya, mereka tak
akan pernah berbunga. Cinta membuat alam ini terbuka
dan memberikan buah-buahannya, memberikan keindahannya
bagi manusia. Tanpa cinta, ia tak akan pernah terbuka,
tak akan pernah berbunga, tak akan pernah memberikan
buahnya.”

“Jadi Cinta adalah pilar utama paling penting dari
Iman. Tanpa Cinta, tak akan ada Iman. Saya dapat
berbicara tentang hal ini hingga tahun depan, tapi
kalian harus mengerti, dari setetes, sebuah samudera!”

BERLINDUNG DARI GODAAN SETAN

Mewaspadai bisikan nafsu merupakan hal yang penting. Hal ini merupakan salah satu cara untuk membersihkan jiwa dari keburukan-keburukan. Namun mewaspadainya tanpa mewaspadai bisikan yang lain adalah merupakan jalan yang timpang. Sebagian kaum sufi berada pada jalan yang timpang ini. Mereka begitu memperhatikan aib jiwa dan keburukan nafsu, namun lupa memperhatikan bisikan yang lain. Bisikan yang lain itu adalah godaan setan.
Ternyata masalah setan lebih banyak disebut dalam Al-Quran dan Al-Hadits daripada masalah nafsu. Dalam Al-Quran, nafsu madzmumah (yang buruk dan jahat) disebutkan dalam surah Yusuf ayat 53 dan surat An-Nazi’at ayat 40. Adapun nafsu lawwamah (yang suka mencela) disebut dalam surat Al-Qiyamah ayat 2. Sedangkan masalah setan lebih banyak disebutkan. Hal ini disebabkan kejahatan dan rusaknya nafsu sebenarnya dikarenakan godaan setan. Sehingga, godaan setan itulah yang menjadi poros dan sumber kejahatan.
Allah memerintahkan hamba-Nya agar berlindung dari setan saat membaca Al-Quran dan lainnya. Sebaliknya, Allah tidak memerintahkan, meski dalam satu ayat, agar kita berlindung dari nafsu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghimpun permohonan perlindungan dari nafsu dan setan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, “Bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Ajarilah aku sesuatu yang harus kukatakan jika aku berada pada pagi dan petang hari.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, Ya Allah yang Maha Mengetahui yang gaib dan nyata, pencipta segenap langit dan bumi, Tuhan dan pemilik sesuatu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejatahan setan beserta sekutunya, dan dari melakukan kejahatan terhadap nafsuku atau aku melakukannya terhadap seorang muslim.’...” (Riwayat At-Tirmidzi, Abu Daud, dan Ad-Darimi)

Makna Isti’adzah
Memohon perlindungan kepada Allah atau isti’adzah mempunyai makna meminta penjagaan-Nya serta bersandar dan mempercayakan kepada-Nya.
Lafal isti’adzah disebut sebagai ta’awwudz. Lafal ta’awwudz ada beberapa macam sebagaimana yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca ta’awwudz dengan lafal, “A’udzu billahi minasy syaiythaanirrajiim, min hamazihi, wa nafkhihi, wa naftsihi.”
Dengan arti, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang menyebabkan gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq).” (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Ad-Daraquthni, Hakim dan disahkan olehnya serta oleh ibban dan Adz-Dzahabi)
Pernah juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dengan lafal, “A’udzu billahis samii-il a’liimi, minasy syaiythaanirrajiim.”
Dengan arti, “Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk.” (Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan sanad hasan)

Isti’adzah Sebelum Membaca Al-Quran
Salah satu hal yang diperintahkan Allah agar kita meminta perlindungan kepada-Nya adalah saat kita membaca Al-Quran.
Allah ta’ala berfirman,
“Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98)
Mengapa membaca isti’adzah sebelum membaca Al-Quran begitu penting? Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mencatat tujuh sebab pentingnya isti’adzah sebelum membaca Al-Quran.
Pertama, Al-Quran adalah obat bagi apa yang ada dalam dada. Ia menghilangkan godaan yang dimasukkan setan ke dalam dada. Al-Quran adalah penawar bagi apa yang diperintahkan setan dalam dada seorang hamba. Maka, jika akan membaca Al-Quran, kita diperintahkan mengusir godaan setan tersebut, mengosongkan hati darinya, lalu obat tersebut mengisi tempat yang telah kosong tersebut sehingga lebih teguh meresap.
Kedua, para malaikat dekat dengan pembaca Al-Quran. Sedangkan, setan adalah musuh malaikat. Karena itu, pembaca Al-Quran diperintahkan memohon kepada Allah agar dijauhkan dari setan, sehingga didatangi malaikat.
Ketiga, setan memperdaya pembaca Al-Quran agar ia lupa dari merenungi makna ayat yang dibacanya. Karena itu, ia diperintahkan untuk beristi’adzah kepada Allah dari setan.
Keempat, pembaca Al-Quran berdialog dengan Allah dengan membaca firman-Nya. Sedangkan pembicaraan setan adalah syair dan lagu. Karena itu, pembaca Al-Quran diperintahkan agar mengusir setan dengan isti’adzah saat berdialog dengan Allah dan ketika Allah mendengar bacaannya.
Kelima, Allah mengabarkan bahwa tidaklah Dia mengutus seorang rasul atau nabi pun kecuali ia mempunyai keinginan, setan memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan-keinginan itu. Para salaf berpendapat bahwa maknanya adalah jika ia membaca Al-Quran, maka setan menggoda sepanjang bacaannya.
Jika yang demikian setan lakukan kepada para rasul, bagaimana dengan mereka yang bukan rasul? Karena itu, setan membuat salah ketika seorang hamba membaca Al-Quran, merancukannya dan menggodanya sehingga lisannya keliru membaca atau mengusik akal dan hatinya. Karena inilah, pembaca Al-Quran diperintahkan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan.
Keenam, setan sangat bersungguh-sungguh dalam menggoda manusia saat ia ingin melakukan kebaikan, atau ketika sedang melakukannya, setan berusaha keras agar hamba tersebut tidak melanjutkan perbuatan baiknya. Setan senantiasa mengintai manusia pada setiap jalan kebaikan. Dia senantiasa mengintai, apalagi saat membaca Al-Quran. Karena itu, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar memerangi musuh yang menghalangi jalannya tersebut pertama-tama sebelum membaca Al-Quran. Sebagaimana seorang musafir, jika ada yang mencegatnya di jalan, ia akan berusaha menolak pencegat itu lebih dulu, baru kemudian meneruskan perjalanannya.
Ketujuh, isti’adzah sebelum membaca Al-Quran adalah pertanda dan peringatan bahwa yang akan datang setelah itu adalah Al-Quran.
Mewaspadai godaan setan dan berlindung kepada Allah darinya merupakan hal yang penting. Jangan sampai seorang hamba melalaikan hal ini. Demikian juga masalah membaca ta’awwudz sebelum membaca Al-Quran. Hendaknya hal ini diperhatikan oleh setiap hamba Allah yang ingin membersihkan jiwanya.
(Abu Ukasyah)

Sumber: Melumpuhkan Senjata Syetan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah.

Suul Khatimah

Sumber bacaan: Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.

Suul Khatimah (mati dengan tidak beriman) sangat ditakuti
oleh orang-2 yang saleh. Imam Ghazali membagi suul khatimah mejadi dua
tingkatan. Pertama ialah berkenaan dengan hati dan perasaan seseorang
menjelang sakaratul maut merenggut. Hatinya menjadi ragu-ragu serta tidak
percaya lagi kepada Allah kemudian mati dalam keadaan tidak beriman. Kedua
ialah hubbud-dunya (cinta dunia) yaitu seseorang yang dirundung kecintaan
dalam urusan dunia yang tidak ada hubungan terhadap masaalah akhirat. Dari
dua tingkatan tersebut tingkat pertama lebih berat siksanya sebab dalam
Qur'an disebutkan bahwa api neraka hanya akan menimpa orang-2 yang
tertutup hatinya terhadap Allah. Semoga kita diberi hidayah oleh Allah
agar terhindar dari keadaan suul khatimah (insyaAllah).

Pada tingkat pertama: menjelang sakaratul maut dalam keadaan
kesakitan yang berat sehingga hatinya menjadi ragu-ragu kemudian memuncak
sehingga muncul ketidak percayaan lagi kepada Allah. Apabila nyawa dicabut
maka orang semacam ini akan mati dalam keadaan tidak beriman,
naudzubillah. Kematian ini bisa terjadi karena kekufuran terhadap Allah
manakala sifat ini menjadi penghalangnya dengan Allah swt selama-lamanya.
Tabir kekufuran ini menyebabkan akan menerima azab dari Allah swt terus
menerus.

Tingkat yang ke dua: yaitu hati manusia yang dikuasai oleh
kecintaan terhadap masaalah-masaalah dunia yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan urusan akhirat. Sebagai contoh ialah, apabila seseorang
yang sedang membangun rumah dan dalam proses membangun rumahnya sakaratul
maut segera menjemput. Pada keadaan semacam ini dia hanya teringat akan
pembangunan rumah yang belum selesai, tidak ada nama Allah dihatinya.
Orang macam ini adalah mati dalam keadaan jauh dari Allah swt. Orang yang
dalam hidupnya hanya ingat akan hartanya atau lebih mencintai harta
dibandingkan dengan Tuhannya maka dia akan menerima azab yang pedih dari
Nya.

Demikianlah sifat suul khatimah yang umumnya dihindari oleh
orang mukmin yang tidak hanya tergiur dengan hubbud-dunya (cinta dunia)
tetapi masih selalu ingat kepada Allah swt. Dalam al-Qur'an disebutkan
bahwa pada hari kematian harta dan anak-2 laki-2 tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
(periksa di surat asy-syu'ara 88-89). Kepada orang semacam ini akan
terhindar dari panasnya api neraka. Dalam hadist riwayat Ya'la bin
Munnabbih apineraka berkata "Silahkan kalian berlalu wahai orang mukmin,
karena cahaya yang terpancar dihatimu telah memadamkan nyala apiku."

Ada beberapa penyebab sifat suul khatimah, secara umum
seperti yang telah diuraikan dengan singkat seperti diatas. Seorang yang
hati-hati dalam menempuh hidup, zuhud, saleh pun dapat bersifat suul
khatimah pada saat sakaratul maut. Hal ini dimungkinkan karena pada saat
hidupnya masih melakukan bid'ah, bertentangan dengan sifat-2 yang telah
dianjurkan oleh Rasulullah saw serta para sahabat dan tabi'in. Rosulullah
saw pernah berkata kepada sahabat tentang Khawarij yang rajin shalat dan
membaca al-Qur'an: "Membaca Al-Quran lebih rajin dari kamu (para sahabat)
dan solatnya lebih rajin daripada kamu; sampai masing-masing
jidadnya(dahinya) hitam , tapi mereka membaca Al-Quran tidak sampai ke
lubuk hatinya dan solatnya tidak diterima oleh Allah swt."

Jadi bida'ah adalah sangat berbahaya, karena dapat
menyesatkan keyakinan seseorang, bahwa menyerupakan Allah dengan makhluk.
Misalnya : betul-betul duduk dalam Arash, padahal Allah itu Laisakamislihi
syai'un. Apabila nanti pintu hijab telah terbuka maka akan didapati bahwa
Allah tidak seperti yang telah dibayangkan. Dan ia mengingkari Allah. Nah,
dikala itu ia akan mati dalam Suul Khotimah. Kelak kalau orang sudah
sakaratulmaut dan terbuka hijab, baru menyadari bahwa kenyataannya tidak
sesuai dengan apa yang menjadi bayanganya. Dia mati dalam keadaan suul
khatimah, walaupun amalannya sangat baik. Na'udzubillah, maka dalam
ibadah kita harus iktikad.

Apabila kita salah dalam iktikad krn pemikiran sendiri atau
krn ikut-ikutan pada orang lain, ia akan terkena mara bahaya. Kesalehan
dan kezuhudan serta tingkah laku yang baik, tidak mampu menolongnya.
Bahkan tidak ada yang akan menyelamatlkan dirinya melainkan iktikad yang
benar. Krn itu perhatikan dan contohlah hal-hal yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW yang semua didasarkan pada iktikad yang baik. Orang yang
fikirannya sederhana adalah lebih selamat. Sederhana, tidak berfikir
secara mendalam, meskipun bisa dikatakan orang kurang ilmunya, tapi ia
lebih selamat daripada orang yang berlagak mempunyai ilmu, tapi dasar
iktiqadnya tidak benar. Orang sederhana secara garis besar adalah orang
yang beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada Akhirat.Orang semacam
ini akan selamat.

Kalau kita tidak mempunyai waktu untuk memperdalam
pengetahuan ilmu Tauhid, maka usahakan dan perjuangkan agar dalam garis
besarnya kita tetap yakin dan percaya; seperti itu sudah selamat. Cukup
kalau didalam hatinya ia berkata : "Ya saya beriman kepada Allah S.W.T.,
hakikatnya berserah diri kepada Allah, dan iman kepada akhirat". Terus dia
beribadah dan mencari rezeki yang halal dan mencari pengetahuan yang
berguna bagi masyarakat, sebetulnya itu lebih selamat bagai orang yang
tidak sempat belajar secara mendalam.

Rasulullah s.a.w. pernah memperingatkan orang yang sedang
memperdebatkan masalah takdir. Rasulullah sampai merah padam wajahnya,
lalu berpidato : "Sesatnya orang-orang yang dulu itu krn suka berdebat,
antara lain tentang qada dan qodar". Dan baginda bersabda: "Orang-orang
yang asalnya benar, tapi kemudian sesat, itu dimulai krn suka
berbantah-bantahan. Berbantah-bantahan itu kadang-kadang memperebutkan
hal-hal yang tidak ada gunanya". Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan
sabdanya: "Sebahagian besar dari penghuni syurga itu adalah orang-orang
yang fikirannya sederhana saja"diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam
Sju-Abil Iman.

Dalam beriktkad hendaknya jangan ragu-ragu dan cukup garis
besarnya saja. Rasulullah SAW melarang kita berbicara yang sia-sia tidak
perlu turut campur urusan orang, berpikirlah agar ibadah kita diterima,
mencari rizki yang halal. Bekerja apa saja, silahkan pilih
pekerjaan yang disukai, menjadi tukang sepatu, jadi petani, atau jadi
dokter, pokoknya jangan mencampuri urusan orang, kalau bukan ahlinya.

Apa yang terdapat dalam Al-Quran dan AS-Sunnah kita harus
percaya dan kalau ada ayat-ayat Al-Quran yang tidak mengerti, mari kita
serahkan kepada Allah swt. Bagi orang-orang awam yang bukan ahli, cukup
diterima apa adanya,pokoknya kita jangan menyekutukan Tuhan dengan apapun,
pegang saja laisa kamislihi syai'un. Apa yang terlintas di hati,
sebetulnya hanya buatan hati saja, Jika saja timbul waswas yang dilakukan
oleh syaitan, maka tolaklah itu. Bagaimana Allah itu ??? Wallahu a'lam.
Allah sendiri Yang Tahu, Adapun tentang diri kita sendiripun, kita tidak
tahu, apalagi zat Allah swt. Rasulullah melarang kita main
ta'wil-ta'wilan terus berselindung dengan Ayat Al-Quran.

Ayat-2 Allah dalam Al-Qur'an sudah pasti benar sangat
berbeda dengan teori-2 manusia yang selalu mengalami proses perobahan
untuk menyempurnakannya. Janganlah sekali-kali kita berani mendasarkan
i'tikad yang hanya didasarkan pada hasil perhitungan saja. Sebaiknya kita
mengetahuinya secara global, sebab hal itu ada yang melarang, agar
pintunya jangan dibuka sama sekali. Krn ada orang yang mendapat ilham dari
Allah dengan dibersihkan hatinya dan inkisyaf, sebelum mati sudah
inkisyaf, nanti setiap orang juga inkisyaf, meskipun bukan Wali. Namun
Aulia Allah pun kadang-kadang sudah inkisaf pada masa hidupnya.

Para Wali tahu akan adab kesopanan, mereka diam, krn sulit
menterjemahkan imajinasinya dengan kata-kata, seandainya hal ini dibahas
maka akan banyak sekali bahaya-bahayanya. Permaslahan yang sulit tentang
sifat-sifat dan dzat Allah, tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran
manusia. Mereka mendekatkan diri kepada-Nya, cukup dengan perasaan bukan
dengan akal. Dan rasa batin itu belum ada bahasanya, hanya kadang-kadang
paara wali membuat istilah yang hanya bisa dipahami oleh kalangan mereka
sendiri saja. Ini sebab yang pertama.

Sebab yang kedua berkenaan dengan Suul Khotimah, akibat dari
lemahnya iman karena sebagian besar akibat pergaulan. Orang yang bergaul
dengan sesama orang yang lemah imannya, akan memperlemah keimanannya.
Bacaan-bacaan yang kurang banyak manfaatnya juga dapat memperlemah iman,
kecenderungan menjadi atheis dan kufur lebih besar.

Kedua sebab dari lemah iman itu ditambah lagi dengan sifat
hubbud-dunya. Kalau iman sudah lemah, cinta kepada Allah juga jadi lemah,
dan kuat cintanya kepada dunia yang berarti mementingkan diri sendiri
dalam soal-soal keduniawian. Akhirnya kalau sudah dikuasai
betul-betul hubbud dunya, tidak ada tempat untuk cinta kepada Allah S.W.T.
sebagai penciptanya. Hanya itu saja yang terlintas dihati; Oh, cinta
kepada Allah, Allah pencipta diriku. Tapi pengakuan ini hanya merupakan
hiasan bibir batin saja. Hal inilah yang meyebabkan dia terus menerus
melampiaskan syahwatnya, sehingga hatinya menghitam dan membatu,
bertumpuk-tumpuk kegelapan dosa itu dihatinya. Imamnya semakin lama,
semakin padam; akhirnya hilang sama sekali dan jadilah ia kufur, hal ini
sudah menjadi tabiat.

Allah swt berfirman dalam surat at-taubah: 87 "Hati mereka
telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui". Dosa mereka merupakan
kotoran yang tidak bisa dibersihkan dari hatinya. Kalau sudah datang
sakaratul maut, maka cinta mereka kepada Allah semakin lemah, sebab mereka
merasa berat dan sedih meninggalkan dunianya, krn keduniawian sudah
menguasai diri mereka. Setiap orang yang meninggalkan kecintaannya tentu
akan merasa sedih lalu timbul dalam fikirannya : "Kenapa Allah mencabut
nyawaku ?" Kemudian berubah hati murninya, sehingga dia membenci takdir
Allah. Kenapa Allah mematikan aku dan tidak memanjangkan umurku ? Kalau
matinya dalam keadaan demikian, maka ia mati dalam keadaan Suul Khotimah,
naudzubillah.

Mutiara Nasihat Abdullah bin Mas'ud

Seorang laki-laki berada di sisi beliau dan berkata, "Aku tidak ingin menjadi golongan kanan, aku ingin termasuk golongan muqarrabun saja." Abdullah berkata, "Bahkan disini ada orang yang apabila meninggal nanti tidak ingin dibangkitakan." (yakni beliau)

Suatu saat beliau keluar dan diikuti oleh beberapa orang. Beliau bertanya kepada mereka, "Adakah kalian memiliki kepentingan sehingga mengikutiku?" Mereka menjawab,"Tidak ada, kami hanya ingin berjalan bersama anda." Abdullah berkata, "Kembalilah kalian, sesungguhnya yang demikian ini menyebabkan hina bagi yang mengikuti dan fitnah bagi yang diikuti."

Abdullah berkata, "Seandainya kalian mengetahui apa yang ada pada diriku sebagaimana yang aku ketahui tentang diriku, niscaya akan kalian taburkan tanah di kepalaku."

Abdullah berkata, "Barangsiapa mengerjakan kebaikan, niscaya Allah akan memberi kebaikan kepadanya dan barangsiapa menjaga dari kejahatan, niscaya Allah akan menjaganya."

Orang-orang yang bertakwa adalah pemuka, para ahli fiqih adalah pemimpin, bergaul dengan mereka akan menambah kebaikan."

Sebaik-baik perkara yang dibenci adalah kematian dan kefakiran. Demi Allah tidak ada lain kecuali kaya atau miskin. Aku tidak peduli, dengan yang mana aku diuji. Aku hanya berharap kepada Allah dalam keadaan kaya atau miskin. Bila kaya, semoga Allah memberiku kedermawanan. Apabila fakir, semoga Allah memberiku kesabaran.

Selagi engkau dalam shalat, berarti engkau sedang mengetuk pintu Raja. Barangsiapa mengetuk pintu Raja, niscaya akan dibukakan baginya.

Seringkali syahwat mengakibatkan sedih berkepanjangan.

Bila zina dan riba telah dilakukan dengan terang-terangan di suatu desa, pertanda akan datang kehancurannya.

Carilah hatimu di tiga tempat, saat mendengar Al-Qur'an, di tempat majelis dzikir dan saat-saat menyendiri. Bila engkau tidak mendapatinya, maka mohonlah kepada Allah agar Dia menganugerahkan hati (yang baru) kepadamu, karena sesungguhnya engkau sudah tidak lagi memiliki hati.

Tiada sesuatupun di muka bumi yang lebih perlu untuk lama dipenjara daripada lisan.

Ilmu bukanlah karena banyaknya menghafal riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut.

Setiap pandangan yang haram adalah santapan bagi syetan

Sudah sepantasnya bagi pembawa Al-Qur'an menghidupkan malamnya di saat manusia tidur, shaum di siang hari di saat manusia berbuka, menunjukkan kesedihannya saat manusia bersenang-senang, menangis di saat manusia tertawa, diam saat manusia banyak bicara, khusyu' saat manusia sombong. Hendaknya seorang pembawa Al-Qur'an senantiasa menangis, sedih, bijaksana, lemah lembut dan tenang. Dan tidak sepantasnya seorang pembawa Al-Qur'an itu keras hati, lalai, banyak bicara dan kasar.

Bersama kegembiraan pasti ada kesedihan. Tiada rumah yang mendapatkan kenikmatan, melainkan mendapatkan pula pelajaran. Masing-masing kalian adalah tamu, sedangkan hartanya adalah pinjaman. Setiap tamu akan segera pulang, sedangkan pinjaman dikembalikan kepada pemiliknya.

Diambil dari: Menjadi Kekasih Allah, Bersama Pakar Rohani Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Penerbit Pustaka At-Tibyan

Beberapa Peristiwa Sekembali Dari Thaif

Sirah Nabawiyah:

Beberapa Peristiwa Sekembali Dari Thaif

"Sepulangnya dari Thaif, Rasulullah berjalan melewati Dahna (salah satu
wilayah di Thaif ) kemudian berhenti di Ji'ranah bersama para sahabat dan
banyak sekali tawanan dari kabilah Hawazin. Salah seorang sahabat berkata
kepada Rasulullah ketika beliau meninggalkan Tsaqif, 'Wahai Rasulullah,
doa-kan orang-orang Tsaqif'. Rasulullah bersabda, 'Ya Allah, berilah
petunjuk kepada orang-orang Tsaqif dan datangkan mereka'.

Kemudian Rasulullah dikunjungi oleh delegasi dari kabilah Hawazin di
Ji'ranah. Ketika itu, Rasulullah membawa tawanan kabilah Hawazin sebanyak
enam ribu orang dari anak-anak dan para wanita, serta unta dan kambing yang
tidak terhitung jumlahnya".

Delegasi kabilah Hawazin datang kepada Rasulullah dan telah masuk Islam.
Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami adalah asal-usul keturunan dari
keluarga besar. Kami telah mendapatkan petaka seperti engkau ketahui. Oleh
karena itu, berilah kami karunia semoga Allah memberi karunia kepadamu."

Salah seorang delegasi kabilah Hawazin dari Bani Sa'ad bin Bakr yang
bernama Zuhair dan bisa dipanggil Abu Shurad berdiri kemudian berkata,
"Wahai Rasulullah, di tempat penampungan para tawanan terdapat bibi-bibimu
dari jalur ayah, bibi-bibimu dari jalur ibu, dan wanita-wanita penyusui
yang dulu mengasuhmu.* Jika kami menyusui untuk Al-Harits bin Abu Syamr
atau An-Nu'man bin Al-Mundzir, kemudian kami mendapatkan musibah seperti
yang engkau timpakan kepada kami, maka kami mengharapkan belas kasihannya
dan karunianya kepada kami. Dan engkau adalah anak asuhan yang paling
baik".

"Kemudian Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah Hawazin, 'Manakah
yang lebih kalian cintai; anak-anak dan wanita-wanita kalian; ataukah harta
kalian?' Delegasi kabilah Hawazin berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau
menyuruh kami memilih antara anak keturunan kami dengan harta kami?
Kembalikan wanita-wanita dan anak-anak kami, karena mereka lebih kami
cintai daripada yang lain'. Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah
Hawaziin, 'Jatahku dan jatah Bani Abdul Muththalib menjadi milik kalian.
Selepas aku mengerjakan shalat Zhuhur bersama kaum muslimin, berdirilah
kalian kemudian katakan bahwa kami meminta dispensasi kepada Rasulullah
atas hak-hak kaum muslimin dan meminta dispensasi kepada kaum muslimin atas
hak-hak Rasulullah, niscaya saat itu permintaan kalian akan aku berikan
kepada kalian dan aku akan meminta untuk kalian'.

Setelah Rasulullah mengerjakan shalat Zhuhur bersama kaum mus-limin,
delegasi kabilah Hawazin berdiri dan berkata seperti diperintahkan
Rasulullah. Kaum Muhajirin berkata, 'Jatah kami menjadi milik Rasu-lullah'.
Kaum Anshar berkata, 'Jatah kami menjadi milik Rasulullah'. Al-Aqra' bin
Habis berkata, 'Jatahku dan jatah Bani Tamim tidak menjadi milik
Rasulullah'. Uyainah bin Hishn berkata, 'Jatahku dan jatah Bani Fazarah
tidak menjadi milik Rasulullah'. Abbas bin Mirdas berkata, 'Jatahku dan
jatah Bani Sulaim tidak menjadi milik Rasulullah'. Bani Sulaim berkata,
'Tidak begitu, jatah kami menjadi milik Rasulullah'. Abbas bin Mirdas
berkata kepada Bani Sulaim, 'Kalian telah melemah-kanku'. Rasulullah
bersabda, 'Jika salah seorang dari kalian tetap mem-pertahankan haknya atas
tawanan ini, ia berhak mendapatkan enam bagian sebagai tebusan dari setiap
tawanan mulai dari tawanan yang pertama kali aku dapatkan'. Maka dari itu
kembalikan kepada para delegasi anak-anak dari istri-istri mereka."

"Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah Hawazin dan bertanya kepada
mereka tentang Malik bin Auf An-Nashri, 'Apa yang sedang ia kerjakan?'
Delegasi kabilah Hawazin menjawab, 'Malik bin Auf An-Nashri sedang berada
di Thaif'. Rasulullah bersabda, 'Katakan kepada Malik bahwa jika ia datang
kepadaku dalam keadaan Islam, aku akan mengembalikan keluarga dan hartanya
seratus unta'. Informasi tersebut disampaikan kepada Malik bin Auf,
kemudian ia keluar dari Thaif ber-maksud menemui Rasulullah. Malik bin Auf
An-Nashri khawatir kalau orang-orang Tsaqif mengetahui bahwa Rasulullah
bersabda seperti itu untuknya, karena jika mereka mengetahuinya, mereka
pasti menahannya. Oleh karena itu, ia memerintahkan kudanya didatangkan ke
Thaif, kemu-dian ia keluar dari Thaif pada malam hari. Malik bin Auf
An-Nashri duduk di atas kudanya memacunya hingga tiba di tempat untanya
disiapkan, kemudian ia menaiki unta tersebut menyusul Rasulullah dan
bertemu beliau di Al-Ji'ranah atau Makkah. Rasulullah mengembalikan
keluarga dan hartanya kepadanya, serta memberinya seratus unta. Ia masuk
Islam dan ke-Islamannya baik.

Malik bin Auf An-Nashri berkata ketika masuk Islam,

'Aku tidak pernah melihat dan mendengar manusia seperti Muhammad

Ia menepati janji dan memberi hingga banyak sekali jika diminta

Kapan saja engkau mau, ia pasti menjelaskan kepadamu apa yang terjadi besok
pagi

Jika satu batalion telah memperlihatkan taring-taringnya

Dengan pedang As-Samhari dan tebasan seluruh pedang dari India

Beliau seperti singa terhadap anak-anak singa'.

Rasulullah mengangkat Malik bin Auf An-Nashri sebagai pemimpin membawahi
orang-orang dari kaumnya yang telah masuk Islam. Kabilah-kabilah dari
kaumnya yang masuk Islam ialah Tsumalah, Salamah, dan Fahm. Bersama
kabilah-kabilah tersebut, Malik bin Auf An-Nashri me-merangi orang-orang
Tsaqif. Setiap kali hewan ternak orang-orang Tsaqif terlihat olehnya, ia
menyerangnya, hingga pada akhirnya ia berhasil mempersempit ruang gerak
mereka.

Tentang hal tersebut, Abu Mihjan bin Habib bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi
berkata,

'Musuh-musuh mengalir ke arah kami

Kemudian kami diserang Bani Salamah

Malik juga datang menyerang kami dengan mereka

Ia melanggar janji dan kehormatan

Ia datang kepada kami di rumah-rumah kami

Padahal dulunya kami adalah orang-orang kuat'.

Setelah mengembalikan para tawanan Perang Hunain kepada keluarganya,
Rasulullah naik ke atas kendaraan beliau diikuti orang-orang yang sambil
berkata, 'Wahai Rasulullah, bagikan kepada kami fay'i unta dan kambing
kepada kami'. Mereka membuntuti Rasulullah hingga mereka menyudutkan beliau
di salah satu pohon, akibatnya kain beliau nyangkut di pohon tersebut.
Rasulullah bersabda, 'Hai manusia, kembalikan kain-ku. Demi Allah,
seandainya kalian berhak atas hewan ternak sebanyak pohon di Tihamah, aku
pasti membagi-bagikannya kepada kalian, kemu-dian kalian tidak mendapatiku
sebagai orang bakhil, pengecut, dan pen-dusta'. Kemudian Rasulullah berdiri
di samping unta, mengambil bulu di punuk unta, dan mengangkatnya seraya
bersabda, 'Hai Manusia, demi Allah, aku tidak berhak atas fay' kalian dan
tidak pula atas harta sebesar bulu ini melainkan seperlimanya saja dan
seperlimanya dibagi-bagikan kepada kalian.

Oleh karena itu, kembalikan benang dan jarum, karena sesungguhnya Ghulul
adalah aib, api, dan noda di hari Kiamat'. Salah seorang dari kaum Anshar
datang dengan membawa gulungan benang dari rambut dan berkata, 'Wahai
Rasulullah, aku mengambil gulungan benang dari rambut ini dan
menggunakannya sebagai alas pelana untaku yang usang'. Rasulullah bersabda,
'Ini bagianku dari rampasan perang dan sekarang aku berikan kepadamu'.
Orang dari kaum Anshar tersebut berkata, 'Jika cuma ini, aku tidak
membutuhkannya. Orang tersebut pun membuang gulungan benang dari rambut
tersebut dari tangannya".

"Rasulullah memberi jatah kepada para muallaf, yaitu para tokoh kaum.
Dengan pemberian tersebut, Rasulullah ingin menaklukkan hati mereka dan
menaklukkan hati kaum mereka. Rasulullah memberi Abu Sofyan bin Harb
seratus unta, Muawiyah bin Abu Sofyan bin Harb sebanyak seratus unta, Hakim
bin Hizam sebanyak seratus unta, Al-Harits bin Al-Harits bin Kaldah saudara
Bani Abdduddaar (Ibnu Hisyam berkata, "Ia adalah Nushair bin Al-Harits bin
Kaladah. Namanya Al-Harits juga tidak salah".) seratus unta, Al-Harits bin
Hisyam seratus unta, Suhail bin Amr seratus unta, Huwaithib bin Abdul Uzza
bin Abu Qais seratus unta, Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi sekutu Bani
Zuhrah seratus unta, Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr seratus unta,
Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi seratus unta, Malik bin Auf An-Nashri seratus
unta, dan Shafwan bin Umaiyah seratus unta. Mereka semua diberi seratus
unta.

Rasulullah juga memberi unta di bawah seratus ekor kepada sejum-lah
orang-orang Quraisy, seperti Makhramah bin Naufal Az-Zuhri, Umair bin Wahb
Al-Jumahi, dan Hisyam bin Amr saudara Bani Amir bin Luai. Aku tidak hapal
persis berapa unta yang diberikan Rasulullah kepada mereka, karena hanya
diketahui bahwa beliau memberi mereka unta di bawah seratus ekor.

Rasulullah memberi Sa'id bin Yarbu' bin Ankatsah bin Amir bin Makhzum lima
puluh unta, As-Sahmi lima puluh unta, dan memberi Abbas bin Mirdas beberapa
unta, tapi ia tidak terima dengan pemberian tersebut, kemudian ia mengecam
Rasulullah karena pembagian tersebut,

'Unta-unta tersebut adalah harta rampasan perang yang tidak dijaga

Kemudian aku mendapatkannya dengan mengendarai anak kuda di tanah datar

Aku membangunkan orang-orang yang tidur nyenyak

Jika manusia tidur, aku tidak tidur

Tapi, bagianku dan bagian Al-Ubaid** itu berbeda dengan bagian Uyainah dan
Al-Aqra'

Padahal di perang, aku mempunyai peran besar dalam pertahanan

Namun aku tidak diberi apa-apa dan tidak dilindungi

Melainkan hanya diberi anak-anak unta

Yang jumlah kakinya adalah empat

Hishn dan Habib tidak mengungguli ayahku*** di masyarakat

Kedudukanku tidak di bawah kedudukan keduanya

Siapa saja yang engkau rendahkan pada hari ini, ia tidak bisa diangkat
lagi'."

"Rasulullah bersabda, 'Pergilah kalian kepada Abbas bin Mirdas dan
potonglah mulutnya dari mengatakan sesuatu yang buruk tentang diriku'.
Kemudian Abbas bin Mirdas diberi tambahan hingga ia puas dan itulah cara
pemotongan mulutnya yang diperintahkan Rasulullah."****

Abu Sa'id Al-Khudri RA berkata: "Ketika Rasulullah membagi-bagi rampasan
perang kepada orang-orang Quraisy, kabilah-kabilah Arab, dan tidak
memberikan sedikit pun kepada kaum Anshar, maka kaum Anshar sedih, hingga
mereka seringkali mempersoalkan hal ini. Salah seorang dari kaum Anshar
berkata, 'Demi Allah, Rasulullah telah bertemu dengan kaumnya'. Sa'ad bin
Ubadah menemui Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum
Anshar mempunyai sesuatu tentang diri-mu atas keputusanmu terhadap fay'i
yang engkau dapatkan. Engkau membagi-bagikan kepada kaummu dan memberi
dalam jumlah besar kepada kabilah-kabilah Arab, sedang kaum Anshar sedikit
pun tidak mendapatkan daripadanya'. Rasulullah bersabda, 'Dimana posisimu
dalam hal ini, hai Sa'ad?' Sa'ad bin Ubadah berkata, 'Wahai Rasulullah, aku
juga berasal dari kaumku'. Rasulullah bersabda, 'Kumpulkan kaummu di tempat
penginapan unta'. Sa'ad bin Ubadah keluar lalu mengum-pulkan kaum Anshar di
tempat tersebut. Beberapa orang dari kaum Muhajirin datang dan Sa'ad bin
Ubadah membiarkan mereka masuk ke tempat tersebut. Sebagian orang dari kaum
Muhajirin datang lagi ke tempat tersebut, namun kali ini Sa'ad bin Ubadah
tidak mengizinkan mereka masuk.

Ketika kaum Anshar telah berkumpul, Sa'ad bin Ubadah mendatangi Rasulullah
dan berkata kepada beliau, 'Kaum Anshar telah berkumpul untuk bertemu
denganmu'. Rasulullah mendatangi mereka, kemudian memuji Allah,
menyanjungNya dengan sanjungan yang layak Dia terima, dan bersabda, 'Hai
seluruh kaum Anshar, apa maksud ucapan kalian yang telah sampai padaku? Apa
maksud kecaman kalian terhadapku? Bukankah aku datang kepada kalian yang
ketika itu tersesat kemudian Allah memberi petunjuk kepada kalian, kalian
miskin kemudian Allah mengkayakan kalian, dan kalian bermusuhan kemudian
Allah menyatukan hati kalian?' Kaum Anshar menjawab, 'Itu betul. Allah dan
RasulNya yang lebih utama'. Rasulullah bersabda lagi, 'Kenapa kalian tidak
menjawab pertanyaanku, hai kaum Anshar?' Kaum Anshar berkata, 'Kami harus
menjawab dengan apa, wahai Rasulullah?. Karena karunia dan keutamaan itu
milik Allah dan RasulNya'.

Rasulullah bersabda lagi, 'Demi Allah, jika kalian mau, kalian pasti
berbicara, kalian berkata benar, dan dibenarkan. Kalian akan mengatakan,
engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan kemudian kami
membenarkan-mu, engkau terlantar kemudian kami menolongmu, engkau terusir
kemu-dian kami melindungimu, dan engkau miskin kemudian kami membantumu.
Hai kaum Anshar, apakah kalian mempersoalkan secuil dunia yang dengannya
aku menundukkan hati salah satu kaum agar mereka masuk Islam, sedang aku
menyerahkan kalian kepada ke-Islaman kalian?. Hai kaum Anshar, tidakkah
kalian ridha sekiranya orang-orang pulang membawa kambing-kambing dan
unta-unta, sedang kalian pulang membawa Rasulullah ke tempat kalian? Demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada di TanganNya, kalaulah tidak karena
peristiwa hijrah, aku menjadi salah seorang dari kaum Anshar. Jika manusia
melewati salah satu jalan dan kaum Anshar melewati jalan lain, aku pasti
berjalan di jalan yang dilalui kaum Anshar. Ya Allah, sayangilah kaum
Anshar, anak-anak kaum Anshar, dan cucu-cucu kaum Anshar'. Kaum Anshar pun
menangis hingga jenggot mereka basah oleh airmata. Mereka berkata, 'Kami
ridha Rasulullah sebagai bagian kami'. Setelah itu, Rasulullah pergi dan
kaum Anshar pun bubar".

CATATAN KAKI:

* Pengasuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Bani Sa'ad bin
Bakar berasal dari Hawaazin
** nama Persia bagi Abbas
*** Yakni ayahnya, yaitu Mirdas, diriwayatkan juga dengan lafal: Syaikhayya
(dua orang tuaku), maksudnya adalah bapaknya dan kakeknya. Dalam riwayat
lain disebutkan namanya langsung, yakni Mirdas
**** Ibnu Hisyam berkata: "Sebagian ahli ilmu menceritakan kepadaku bahwa
Abbas bin Mirdas menemui Rasulullah SAW lalu beliau berkata kepadanya:
"Apakah engkau yang mengatakan: "Tapi bagianku dan Al-Abid berbeda dengan
bagian Al-Aqra' dan Uyainah" Abu Bakar berkata: "bagian Uyainah dan
Al-Aqra'" Rasulullah menimpali: "Itu sama saja tiada beda", maka Abu Bakar
pun berkata: "Aku bersaksi bahwa engkau seperti yang Allah katakan: "Kami
tiada mengajarkan syair kepadanya dan memang tiada layak baginya."

Stress...???

Kenapa Aku Diuji?

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Al-Ankabut, ayat 2-3

Kenapa Aku Tidak Mendapatkan Apa Yang Aku Idam-Idamkan?

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Al-Baqarah ayat 216

Kenapa Ujian Seberat Ini?

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Al-Baqarah ayat 286

Rasa Frustasi?

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Al-Imran ayat 139

Bagaimana Aku Harus Menghadapinya?

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.
Al-Imran ayat 200

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
Al-Baqarah ayat 45

Apa Yang Aku Dapat Dari Semua Ini?

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
At-Taubah ayat 111

Kepada Siapa Aku Berharap?

Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.
At-Taubah ayat 129

Aku Tak Dapat Bertahan Lagi!!!!!

dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
Yusuf ayat 87

Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.
An-Nisaa' ayat 86

Mari kita berbenah dan terus berbenah..untuk
memepersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita..

Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah...
Dimanapun. kapanpun dan dengan siapapun..selama Allah
SWT menjadi "..just The One goal.."

Insya Allah akan "bahagia" sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

iii Takut! Ayo Merenung Sejenak...

NERAKA

Allah Swt berfirman dalam Al‑Qur'an: Dan sesungguhnya Jahannam itu tempat yang dijanjikan bagi mereka sekalian. Ia mempunyai tujuh pintu; tiap‑tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan tertentu dari mereka (pengikut‑pengikut iblis). (QS. Al‑Hur, 15: 43:44)
Tentang pintu‑pintu neraka, Rasulullah Saw pernah bertanya kepada Jibril as: 'Apakah keadaan pintu‑pintu neraka itu seperti pintu rumahku?' Jawab Jibril: 'Tidak, tetapi pintu neraka terbuka di bawah yang lain.'
Dalam sebuah riwayat, Wahab bin Munabbih berkata, Jarak satu pintu ke pintu lainnya bisa ditempuh dengan perjalanan tujuh puluh tahun. Setiap pintunya sangat panas dari yang lain dengan perbandingan tujuh puluh kali.
(MUKHTASHAR TADZKIRATUL QURTHUBY)

(Dari Calon‑Calon ahli Surga dan Ahli Neraka ‑ M. Alli Chasan Umar)

Rasulullah Saw, dalam riwayat lain, pernah berdialog dengan Malaikat Jibril as,
Rasulullah: Siapakah orang‑orang yang menempati pintu‑pintu neraka itu?
Jibril: Pintu pertama (paling bawah) namanya Hawiyah, ditempati orang‑orang munafik dan kafir. Pintu kedua namanya Jahim, ditempati orang‑orang musyrik. Pintu ketiga namanya Saqar, ditempati orang‑orang Shabiin (orang‑orang yang menukar agama, para penyembah bintang, yang mengaku beragama Nabi Nuh). Pintu keempat namanya Ladhaa, ditempati Iblis dan para pengikutnya serta orang‑orang Majusi (penyembah api). Pintu kelima namanya Huthamah, ditempati orang‑orang Yahudi. Pintu keenam namanya Sa'ir, ditempati orang‑orang Nasrani. Pintu ketujuh ditempati orang‑orang yang berbuat dosa besar dari golongan umatmu yang sampai mati mereka belum bertobat.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Jibril tidak menerangkan penghuni pintu ketujuh sehingga Rasulullah Saw bertanya: 'Wahai Jibril mengapa engkau tidak menuturkan kepadaku penghuni pintu ketujuh? Jibril berkata: 'Wahai Muhammad, tak usahlah engkau tanyakan hal itu kepadaku'. Kata Nabi Saw: 'Baiklah kalau begitu.' Maka Jibril berkata: 'Wahai Muhammad, yaitu para pembuat dosa‑dosa besar dari ummatmu. Mereka mati sebelum bertobat. 'Seketika itu Nabi Saw pingsan.
Dan stelah sadar beliau berkata: 'Wahai Jibril, besar sekali musibahku dan aku sangat takut. Apakah salah seorang dari ummatku akan masuk neraka?' Jibril menjawab: 'Ya, ummatmu yang berbuat dosa‑dosa besar.' Maka nabi Saw menangis lalu Jibril menangis pula karena tangisnya Nabi Saw. (Tanbihul Ghafilin‑Al‑Faqih Abu Laits Samarqandi, hal 59)
Pintu‑pintu neraka akan dibukakan bila golongan yang akan memasuki telah dihadirkan, seperti firman Allah: Dan orang‑orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong‑rombongan, sehingga apabila mereka sampai keneraka, dibukakan pintu‑pintunya dan penunggu‑penunggunya berkata kepada mereka: 'Bukankah telah datang kepada kamu rasul‑rasul dari jenis kamu yang membacakan kepada kamu ayat‑ayat Tuhan kamu dan mengancam kamu dengan pertemuan hari ini?' Mereka menjawab: 'Ya ada! Tetapi telah pantas hukuman azab atas orang‑orang kafir. (QS, As‑Zumar, 39:72)
Lalu dalam keadaan rela atau terpaksa mereka akan dihardik untuk memasukinya,
Dikatakannya: 'Masukilah pintu‑pintu Jahannam itu, kamu kekal di dalamnya.' Maka alangkah jelek tempat kembali bagi orang‑orang yang sombong itu. (QS. Az‑Zumar, 39:72)
Dalam sebuah hadits yang panjang, Abu Hurairah ra menggambarkan neraka pada kalimat terakhir hadits itu, Abu Hurairah berkata: Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah di tanganNya, bahwa dasar Jahannam itu dalamnya adalah tujuh puluh tahun (perjalanan).
(HR. Muslim dan Hudzaifah dan Abu Hurairah ra)
Dalam hadits lain, yaitu:
Hadits Ibnu Abbas ra mengatakan: Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dengan para sahabatnya. Tiba‑tiba dia mendengar suatu suara. Ketika itu Nabi saw bertanya: 'Tahukah kamu suara apakah itu?' Jawab mereka: 'Allah dan RasulNya yang lebih tahu.' Kata Nabi Saw: 'Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan baru sekarang sampai ke dasar neraka itu.' (HR. Muslim)
Tidaklah berlebihan bila dalam sebuah dialognya dengan Allah, Jahannam mengatakan masih sanggup memuat calon‑calon penghuninya berapa pun jumlahnya, seperti firman Allah, Ingatlah hari yang Kami akan bertanya kepada Jahannam: 'Sudahkah engkau penuh?' dan ia (Jahannam) akan menjawab: 'Apakah ada tambahan?' (QS, Qaf, 50:30)
Tentang panasnya api neraka, Rasulullah Saw bersabda, Api kalian yang dinyalakan di dunia ini adalah sebagian dari tujuhpuluh bagian bila dibandingkan dengan panasnya api Jahannam. Para sahabat bertanya: 'Demi Allah, yang ini saja yang di dunia kiranya sudah mencukupi (untuk menghancurkan manusia) ya Rasulullah?'
Sahut beliau: 'Sesungguhnya panasnya itu masih lebih sembilan puluh sembilan bagian lagi (dari api dunia ini) yang masing‑masing panasnya setiap bagian sedemikian itu. (HR. Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah ra)
Dalam hadits lain dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Panas api yang kamu nyalakan di dunia ini (termasuk matahari) hanyalah sepertujuh puluh dari panasnya api neraka di akhirat. Kalau sebagian kecil (api neraka) jatuh ke dunia, niscaya mendidihlah air laut karena panasnya. (HR. Muslim) (Dari Kehidupan Insan di Alam Baqa‑Halimuddin SH, hal 8)
Dalam satu riwayat disebukan bahwa Allah Ta'ala mengutus malaikat Jibril as kepada malaikat Malik supaya mengambil sebagian dari api neraka untuk keperluan Adam memasak makanan.
Malaikat Malik berkata: Wahai Jibril, berapa api yang engkau kehendaki dari neraka?
Jibril : Kira‑kira sebutir kurma.
Malik : Wahai Jibril, sekiranya aku berikan kepadamu api neraka sebesar sebutir kurma, niscaya hancurlah tujuh langit dan tujuh bumi karena panasnya.
Jibril : Bagaimana kalau hanya separuhnya saja?
Malik : Andaikata apa yang engkau kehendaki itu aku berikan, niscaya tidak akan ada air di langit walau setetes pun dan tak akan tumbuh satu pun tumbuh‑tumbuhan di bumi.(Kemudian Jibril menghadap Allah dan berkata)
Jibril : Ya Tuhanku, seberapa aku harus mengambil api dari neraka?
Allah : Ambillah sebesar debu. (Durratun Nasihin III, hal 112)
Maka Jibril mengambil api sebesar debu, lalu ia menyelamkannya dalam sungai sampai 70 (tujuh puluh) kali. Kemudian ia memberikannya kepada Adam as dan Jibril meletakkannya di atas gunung yang menjulang tinggi, gunung musnah. Akhirnya api itu dikembalikan lagi pada tempatnya. Adapun asapnya tertinggal pada batu‑batu dan besi‑besi sampai sekarang.
Dan dapatlah dibayangkan betapa panasnya kalau percikan‑percikan api neraka itu seperti yang dilukiskan oleh Allah dalam Al‑Qur'an: Sesungguhnya neraka itu melontarkan percikan‑percikan api sebesar balok. (QS, Al‑Mursalat, 77:32)
Malaikat Jibril as pernah memberi gambaran kepada Nabi Muhammad Saw tentang neraka. Begini: Andaikata neraka itu dibuka selubang jarum di arah timur maka terbakarlah penduduk bagian barat karena sangat panasnya.
Dan andaikata pakaian ahli neraka digantungkan diantara langit dan bumi, maka matilah mereka karena sangat panasnya. Dan andaikan satu hasta rantai yang telah disebutkan Allah dalam kitab‑Nya itu diletakkan pada gunung maka hancurlah gunung itu hingga menembus tujuh bumi. Dan andaikata seorang lelaki dari ahli neraka yang disiksa berada di arah barat maka sungguh akan hanguslah orang yang berada di arah timur karena sangat hebatnya siksaan.
Sebelum para ahli neraka dihadirkan, Allah mengadakan persiapan‑persiapan secukupnya untuk membuat kejutan‑kejutan yang mendirikan bulu roma. Bersabda Rasulullah Saw: Malaikat Jibril telah datang kepadaku, aku berkata kepadanya: 'Wahai Jibril terangkanlah kepadaku sifat‑sifat neraka Jahannam. Ia (Jibril) berkata: 'Sungguh Allah Ta'ala telah menciptakan neraka dan menyalakannya selama seribu tahun sehingga menjadi berwarna merah, kemudian menyalakannya lagi selama seribu tahun sehingga mejadi berwarna putih, lalu menyalakannya lagi selama seribu tahun sehingga berwarna hitam seperti malam yang gelap, nyalanya tidak pernah berhenti dan baranya tidak pernah bisa padam.'
Allah melengkapi pemandangan di neraka dengan sesuatu yang tidak hanya boleh dilihat tetapi wajib didaki oleh penghuninya. Hadits Abi Said al‑khudry ra, katanya: Rasulullah Saw pernah membicarakan tentang firman Tuhan yang berbunyi: 'Aku akan membebaninya dengan pendakian yang melelahkan.' Yaitu gunung di dalam neraka yang wajib didaki oleh orang kafir selama tujuh puluh tahun. Demikianlah ketinggian gunung itu. (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits lain dari Anas ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Wailun itu suatu lembah di dalamnya neraka Jahannam. Dalamnya lembah itu sejauh empat puluh perjalanan bagi orang kafir baru sampai ke dasarnya. Kata Abi Said al Khudry ra: Bahwa Wailun itu adalah lembah yang terletak di antara dua buah gunung di dalam neraka. Empat puluh tahun lamanya orang kafir baru sampai ke dasarnya. (HR. Muslim)
Rasulullah Saw menambahkan: Di dalamnya terdapat sebuah gunung yang bernama Raqabah yang dilalui orang‑orang kafir. Gunung ini begitu panasnya sehingga bila tangan diletakkan di atasnya maka tangan itu akan hancur dan bila diangkat maka kembali seperti semula. (HR. Tirmidzi)
Tidak ada celah sedikitpun di dalamnya neraka yang tidak diramaikan oleh bara api. Nabi Saw bersabda: Sesungguhnya tanah neraka itu terdiri dari timah hitam, pagarnya dari tembaga, atapnya dari belerang, kayu bakarnya dari manusia dan batu. Bila api neraka itu dinyalakan, maka semua yang ada di sana menyala pula menjadi api. (AL‑Hadits)
Menurut keterangan dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Pada hari kiamat akan dikeluarkan neraka Jahannam dengan tujuh puluh ribu kendali, tiap kendali ditarik oleh tujuh puluh ribu malaikat. (HR. Muslim)
Keterangan selanjutnya adalah dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Neraka Jahannam pada hari kiamat nanti akan didatangkan dari bawah bumi yang ketujuh dan di sekelilingnya dikepung tujuh puluh ribu barisan malaikat. Setiap barisnya lebih banyak daripada jumlah dua golongan jin dan manusia. Mereka menarik Jahannam itu dengan tali‑talinya.
Jahannam mempunyai empat kaki. Jarak antara dua kaki sejauh perjalanan seribu tahun. Jahannam memiliki tiga puluh ribu kepala, setiap kepala mempunya tiga puluh ribu mulut, setiap mulut mempunyai tiga puluh ribu geraham, masing‑masing geraham tiga puluh ribu kali besarnya dari gunung Uhud, setiap mulut juga memiliki dua bibir selebar dunia. Pada setiap bibir terdapat rantai dari besi dan pada setiap rantai mempunyai tujuh puluh ribu kolong, setiap kolong dipegang para malaikat yang tak terhitung jumlahnya. Kemudian Jahannam digiring ke sebelah kiri Arsy. (Darratun Nasihin III, hal 15)
Dan untuk menambah keseraman neraka maka Allah menciptakan Huraisy. Siapakah Huraisy itu? Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra katanya, Rasulullah Saw bersabda: Kelak di hari kiamat akan keluar suatu (makhluk) dari neraka Jahannam namanya Huraisy yang dilahirkan dari yang panjangnya sejauh antara langit dan bumi sedang besarnya dari timur sampai barat.
Lalu Jibril as bertanya: Hai Huraisy mau kemanakah engkau dan siapa yang engkau cari?
Huraisy : Aku mencari lima golongan manusia. Pertama orang yang meninggalkan shalat. Kedua orang yang enggan mengeluarkan zakat. Ketiga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Keempat peminum arak. Kelima orang yang bercakap‑cakap di mesjid dalam urusan keduniaan (Durratun Nasihin I, hal. 129)
Disamping Huraisy yang besar itu Allah juga menghiasi neraka dengan binatang‑binatang kecil yang berukuran kecil menurut dimensi neraka. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra dari Nabi Saw, beliau bersabda: Sungguh di neraka terdapat beberapa ular dan kalajengking sebesar leher onta. Maka mereka akan memagut serta menyengat salah seorang dari kamu dengan pagutan dan sengatan yang dapat dirasakan panasnya selama empat pulun musim gugur. (Daqaa‑Ioqul Akhbaari)
(Dari Durratun Nasihin III, hal 243‑Usman al‑Khaibawi)
Untuk melengkapi penderitaan orang‑orang kafir, Allah juga melipatgandakan dimensi tubuh mereka ratusan ribu kali. Dari Imam Muslim dari Abu Hurairah ra dia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Geraham orang kafir itu seperti gunung Uhud dan tebal kulitnya sejauh tiga hari perjalanan.
Keterangan: Dimensi mereka diperbesar ratusan ribu kali lipat untuk memperluas permukaan kulit. Hal ini dimaksudkan agar segala macam siksaan terutama siksa bakaran dapat benar‑benar dirasakan.

Semoga bermanfaat!! Mari merenung sejenak

Agar Shalat Menjadi Hal Yang Besar Di Mata Kita

Berikut ini langkah-langkah yang inysa-Allah akan menjadikan kita memandang
shalat sebagai masalah yang besar:

À Menjaga waktu-waktu shalat dan batasan-batasannya.
À Memperhatikan rukun-rukun, wajib dan kesempurnaannya.
À Bersegera melaksanakannya ketika datang waktunya.
À Sedih, gelisah dan menyesal ketika tidak bisa melakukan shalat dengan
baik, seperti ketinggalan shalat berjama'ah dan menyadari bahwa seandainya
shalatnya secara sendirian diterima oleh Allah subhanahu wata'ala, maka dia
hanya mendapatkan satu pahala saja. Maka berarti dirinya telah kehilangan
pahala sebanyak dua puluh tujuh kali lipat.
À Demikian pula ketika ketinggalan waktu-waktu awal yang merupakan
waktu yang diridhai Allah subhanahu wata'ala, atau ketinggalan shaf
pertama, yang jika orang mengetahui keutamaannya tentu mereka akan berundi
untuk mendapatkannya.
À Kita juga bersedih manakala tidak mampu mencapai khusyu' dan tidak
dapat menghadirkan segenap hati ketika menghadap kepada Rabb Tabaraka
Wata'ala. Padahal khusyu' adalah inti dan ruh shalat, karena shalat tanpa
ada kekhusyu'an maka ibarat badan tanpa ruh.

Oleh karena itu Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak khusyu'
meskipun dia telah gugur kewajibannya. Dia tidak mendapatkan pahala
dari shalatnya, karena seseorang itu mendapatkan pahala shalat sesuai
dengan kadar kekhusyu'an dan tingkat kesadaran dengan kondisi shalatnya
itu.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba
melakukan shalat dan dan tidaklah dia mendapatkan pahala shalatnya
kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya,
sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya,
atau setengahnya.

" (HR. Ahmad, Abu Dawud dihasankan Al-Albani)

Oleh karenanya beliau menegaskan dalam sabdanya, "Jika kalian berdiri
untuk shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan
meninggalkan dunia." (HR Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani).

Sumber: 1. Ash-Shalâh, Limâdza?, Muhammad bin Ahmad al-Miqdam, Dâr
Thayyi-bah, Mekkah al-Mukarramah). 2. Hayya 'alash shalah, Khalid Abu
Shalih, hal 12-13, Darul Wathan.

Bahaya Meninggalkan Shalat

1. Meninggalkan Shalat Merupakan Kekufuran
Allah subhanahu wata'ala berfirman mengenai orang-orang Musyrikin, artinya,
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama." (at-Taubah:11)
Yakni, jika mereka bertaubat dari kesyirikan dan kekufuran mereka,
mendirikan shalat dengan meyakini kewajibannya, melaksanakan rukun-rukunnya
dan membayar zakat yang diwajibkan, maka mereka adalah saudara di dalam
agama Islam. Jadi, yang dapat difahami dari ayat ini, bahwa siapa saja yang
ngotot melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat atau menolak membayar
zakat, maka ia bukan saudara kita dalam agama Islam.
Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"(Pembeda)antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat."
(HR.Muslim)
Imam Ahmad rahimahullah berkata, "Aku khawatir tidak halal bagi laki-laki
(suami) diam bersama isteri yang tidak melakukan shalat, tidak mandi
jinabah dan tidak mempelajari al-Qur'an."
Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar jenis kekufuran orang
yang meninggalkan shalat karena bermalas-malasan meskipun menyakini
kewajibannya, maka yang pasti perbuatan itu amat dimurkai.

2. Meninggalkan Shalat Merupakan Kemunafikan.
Mengenai hal ini, Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya:
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia dan
tidaklah mereka menyebut Allah melainkan sedikit sekali." (an-Nisa`:142)
Yakni, mereka, di samping melakukan shalat karena riya`, juga
bermalas-malasan dan merasa amat berat melakukannya, tidak mengharap pahala
dan tidak meyakini bahwa meninggalkannya mendapat siksa.
Ibnu Mas'ud radhiyallahui 'anhu berkata mengenai shalat berjama'ah, "Aku
betul-betul melihat, tidak seorang pun di antara kami yang tidak
melakukannya (shalat berjama'ah) selain orang yang munafik tulen. Bahkan
ada seorang yang sampai bergelayut di antara dua orang disam-pingnya agar
dapat berdiri di dalam shaf (karena ia masih sakit)." (HR. Muslim)

3. Meninggalkan Shalat Menjadi Sebab Mendapatkan Su'ul Khatimah
Imam Abu Muhammad 'Abdul Haq rahimahullah berkata, "Ketahuilah, bahwa Su'ul
Khatimah -semoga Allah melindungi kita darinya- tidak akan terjadi terhadap
orang yang kondisi lahiriahnya lurus (istiqamah) dan batinnya baik.
Alhamdulillah, hal seperti ini tidak pernah didengar dan tidak ada yang
mengetahui pernah terjadi. Tetapi ia terjadi terhadap orang yang akalnya
rusak dan ngotot melakukan dosa besar. Bisa jadi, kondisi seperti itu
menguasainya lalu kematian menjem-putnya sebelum sempat bertaubat, maka
syaithan pun memperdayainya ketika itu, nau'udzu billah. Atau dapat terjadi
juga terhadap orang yang semula kondisinya istiqamah, namun kemudian
berubah dan keluar dari kebiasaannya lalu terus berjalan ke arah itu
sehingga menjadi sebab Su'ul Khatimah baginya." (At-Tadzkirah: 53)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesung-guhnya ukuran
semua amalan itu tergantung kepada kesudahannya." (HR. Bukhari).
Sementara orang yang melakukan shalat tetapi buruk dalam mengerjakannya,
dia terancam mendapat Su'ul Khatimah, maka terlebih lagi dengan orang yang sama sekali tidak 'menyapa' shalat?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat seorang yang shalat tetapi tidak sempurna dalam ruku'nya, ia seperti orang yang mematok-matok di dalam sujud shalatnya, maka beliau bersabda mengenainya, "Andai ia mati dalam kondisi seperti ini, maka ia mati bukan di atas agama Muhammad." (Hadits Hasan)

4. Meninggalkan Shalat Menjadi Slogan Penghuni Neraka Saqar
Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya:
"Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan
tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya
ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (Al-Muddatstsir: 27-30)
Dan firman-Nya, artinya:
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali
golongan kanan. Berada di dalam surga, mereka tanya menanya. Tentang
(keadaan) orang-orang yang berdosa. 'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam
(neraka) Saqar? Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.
Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama orang-orang yang
membicarakannya." (Al-Muddatstsir: 38-45)
Jadi, orang-orang yang meninggalkan shalat tempatnya di neraka Saqar.

5. Meninggalkan Shalat Merupakan Sebab Seorang Hamba Dipecundangi Syaithan
Dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Tidaklah tiga orang yang berada di suatu perkampungan ataupun di
pedalaman, lalu tidak mendirikan shalat di antara sesama mereka melainkan
syaithan akan mempecundangi mereka. Karena itu, hendaklah kalian bersama
jama'ah sebab srigala hanya memakan kambing yang sendirian." (Hadits Hasan)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits tersebut menjelaskan
bahwa, "Syaithan adalah srigala atas manusia yang merupakan musuh
bebuyutannya. Maka sebagaimana burung yang semakin berada di ketinggian,
semakin jauh dari petaka, sebaliknya, semakin berada di tempat rendah,
petaka akan mengintainya, demikian pula halnya dengan kambing yang semakin
dekat dengan penggembalanya, semakin terjaga keselamatannya, semakin ia
menjauh, semakin terancam bahaya."

(Sumber: As-Shalah Limadza? Muhammad bin Ahmad al-Miqdam)
Demikian di antara bahaya meninggalkan shalat, dan tentunya masih banyak
lagi bahaya-bahaya yang lain. Semoga dapat memotivasi kita di dalam
meningkatkan kualitas shalat kita dan menjadi pengingat tentang besarnya
urusan shalat sehingga tidak meninggalkannya. (Abu Hafshah)

30 Budi Pekerti Amal Baik dan Amal Buruk

Imam Ali bin Abi Tholib

1. Kebaikan bukanlah dengan bertambah banyaknya harta dan anakmu.
Akan tetapi kebaikan adalah dengan bertambah banyaknya ilmumu, bertambah besarnya belaskasihmu, dan engkau menyayangi orang lain dengan mengajak lbadahmu kepada Tuhanmu. Maka jika engkau bisa berbuat baik, engkau harus memuji Allah 'Azza wajalla; dan jika engkau berbuat buruk, beristighfarlah kepada Allah.

2. Tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi dua golongan manusia,
yaitu: (pertama), seseorang yang berbuat dosa, lalu dia cepat-cepat bertobat. Kedua, seseorang yang bersegera dalam amal kebajikan.
Tidaklah dipandang sedikit perbuatan yang dilakukan dengan ketakwaan, maka bagaimana dapat dikatakan sedikit suatu perbuatan yang diterima (Allah)?

3. Kesempatan terus berjalan seperti jalannya awan. Oleh karena itu, cepat cepatlah kalian ambil segala kesempatan yang baik.

4. Kedermawanan yang sebenarnya adalah berniat melakukan kebaikan kepada setiap orang. Lalu berniat baik bagi setiap orang.

5. Di antara amal kebajikan yang paling utama adalah: berderma di saat kesusahan, bertindak jujur ketika sedang marah, dan memberi maaf ketika mampu untuk menghukum

6. Kebaikan yang tidak ada keburukan di dalamnya adalah bersyukur ketika mendapatkan kenikmatan, dan bersabar ketika mendapatkan musibah.

7. Berbuatlah kebaikan dan janganlah kalian meremehkannya sedikit pun. Sebab, kecilnya kebaikan adalah besar dan sedikitnya kebaikan adalah banyak. Dan janganlah sekali kali salah seorang dari kalian mengatakan, "Sesungguhnya orang lain lebih utama dalam hal melakukan kebaikan ini daripada saya." Maka, demi Allah, perkataannya akan menjadi kenyataan. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan ada pemiliknya (pelakunya). Maka, sepanjang kalian meninggalkan di antara keduanya, orang lain (ahlinya) mengambilnya.

8. Jika seorang meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali
tiga: sedekah jariah; ilmu yang dia ajarkan kepada manusia lalu mereka mendapatkan manfaat dengannya; dan anak yang saleh yang mendoakannya.

9. Terimalah orang yang gagal, karena sesuatu yang gagal dari mereka pasti Tangan Allah ada di atas Tangan mereka yang mengangkat kegagalan mereka.

10. Janganlah engkau meninggalkan kebaikan, karena zaman selalu berputar. Banyak sekali orang yang pagi harinya mengharapkan kebaikan (pemberian) orang lain berubah menjadi orang yang diharapkan kebaikannya oleh orang lain, dan orang yang kemarinnya mcngikuti orang lain berubah menjadi orang yang diikuti.

11. Permulaan kebaikan dipandang ringan, tetapi akhirnya dipandang berat. Hampir hampir saja pada permulaannya dianggap sekadar menuruti khayalan, bukan pikiran; tetapi pada akhirnya dianggap sebagai buah pikiran, bukan khayalan. Oleh karena itu, dikatakan bahwa memelihara pekejaan lebih berat daripada memulainya.

12. Dengan kebaikan, orang yang merdeka bisa berbuat.

13. Pasti ada teman di dalam kuburmu. Oleh karena itu,jadikanlah temanmu itu seorang yang berwajah ceria yang wangi baunya. Teman adalah amal saleh.

14. Memulai pekerjaan adalah sunnah, sedangkan memeliharanya adalah wajib.

15. Tidak ada perdagangan yang seperti amal saleh, dan tidak ada keuntungan yang seperti pahala.

16. Jika engkau merasa lelah dalam kebajikan, maka sesungguhnya kelelahan itu akan hilang, sementara kebajikan akan kekal.

17. Belanjakanlah hartamu dalam hal yang benar, dan janganlah engkau menjadi penyimpan harta untuk selain dirimu (orang lain) karena menumpuk harta.

18. Benar benar mengherankan, orang yang dikatakan punya kebaikan, padahal kebaikan tidak ada pada dirinya, bagaimana dia merasa gembira? Dan juga benar benar mengherankan, orang yang dikatakan punya keburukan, bagaimana dia marah?

19. Tidak ada yang mengetahui keutamaan orang yang memiliki keutamaan kecuali orang orang yang memiliki keutamaan.

20. Sesungguhnya Allah memiliki hamba hamba yang dikhususkanNya dengan berbagai kenikmatan untuk kemanfaatan hamba hamba Nya yang lain. Allah mengukuhkan kenikmatan (harta) itu di tangan mereka selama mereka mendermakannya. Maka jika mereka tidak mendermakannya, pasti Allah akan mencabutnya dari mereka, kemudian Dia mengalihkannya kepada orang orang lain.

21. Kebajikan adalah apa yang menenangkan hatimu. Sedangkan dosa adalah hatimu yang dibuat gelisah karenanya dan menyesakkan dadadamu.

22. Jika bentuk keburukan bergerak dan tidak tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan ketakutan; dan jika tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan kesakitan. Sebaliknya, jika bentuk kebaikan bergerak dan tidak tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan kegembiraan; dan jika tampak wujudnya, maka ia akan menyebabkan kenikmatan.

23. Lemparkan kembali batu itu dari arah mana ia datang, karena sesungguhnya kejahatan tidak didorong kecuali oleh kejahatan.

24. Akhiri keburukan karena sesungguhnya jika engkau menghendaki, niscaya engkau akan terburu buru mengambilnya.

25. Pelaku kebaikan lebih baik daripada kebaikan itu sendiri, dan pelaku kejahatan lebih jahat daripada kejahatan itu sendiri.

26. Bersahabatlah dengan orang orang yang baik, niscaya engkau akan termasuk di antara mereka; dan tinggalkanlah orang orang jahat, niscaya engkau terpisah dari mereka.

27. Janganlah engkau bersahabat dengan orang jahat karena sesungguhnya watakmu mencuri dari sebagian wataknya, sementara engkau tidak tahu.

28. Orang~orang jahat mengincar keburukan manusia dan meninggalkan kebaikan mereka, sebagaimana lalat mengincar tempat tempat yang kotor.

29. Sesuatu yang manfaatnya bersifat umum adalah kematian bagi orang orang iahat.

30. Janganlah kalian bersahabat dengan orang orang jahat karena sesungguhnya mereka mengungkit ungkit kebaikan mereka terhadap kalian.