Kamis, 27 Desember 2007

Abu Bakar Ash Shidiq

Abu Bakar Ash Shidiq
Oleh : Haryanto


Kompetensi inti atau kompetensi utama Abu Bakar RA terdiri dari
integritas (ING), konsisten dan komitmennya (CO) pada kebenaran,
kepemimpinan (Leadership)yang kuat dan kedermawanan (Charitable).

Beliau adalah sahabat yang paling mulia setelah Rasululah Orang
pertama-tama masuk Islam. Orang yang menggantikan Rasulullah sebagai
Imam. Sahabat sejak kecil sekaligus mertua Rasulullah

ING (Integritas)

Integritas adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan
kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaaan
yang sulit untuk melakukan ini, dengan kata lain "satunya kata dengan
perbuatan". Mengkomunikasikan maksud ide dan perasan secara terbuka,
jujur dan langsung sekalipun dalam negoisasi yang sulit dengan pihak
lain.[1]

Begitupun Abu Bakar, ia adalah orang yang memiliki integritas dan
kejujuran yang tinggi. Ini dibuktikan dalam kesederhanaan hidupnya.
Serta sikapnya yang sangat cermat, teliti dan hati-hati dalam mengelola
kas Negara (baitul maal).

Joesoef Sou'ib dalam bukunya Sejarah Khulafaur Rasyidin menyatakan,
meskipun sebagian panglima perang dan pejabat pemerintahan khalifah Abu
Bakar hidup dalam kemewahan, namun beliau tetap hidup dalam
kesederhanaan.

"... akan tetapi khalifah abu Bakar tetap tinggal dalam rumah
biasa di Medinah, hidup sebagai rakyat biasa, membeli kebutuhannya di
pasar dan menjadi imam setiap sholat lima waktu."[2]

"Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahannya yang 2 tahun 3 bulan
itu, Abu Bakar hanya mengeluarkan 8.000 (delapan ribu) dirham[3] dari
Baitul Maal bagi keperluan keluarganya."[4] Beliau juga menolak
mengambil dari Baitul Maal melebihi dari kebutuhan hidupnya.[5]

"... Abu Bakar wafat meninggalkan seekor unta, ember, susu dan
baju resmi, serta dengan gigih mengembalikannya ke Baitul Maal."[6]
Adakah pejabat di negeri ini seperti beliau? Atau justru mobil, uang,
deposito, rumah, perusahaan dan tanah mereka semakin banyak serta
semakin sulit dihitung oleh KPK.

Abu Bakar juga termasuk orang yang dapat dipercaya dan sangat
dipercaya oleh Rasulullah ??? ???? ???? ?????. Rasulullah berkata,
"Tidak kuajak seorangpun masuk Islam melainkan ia ragu dan bimbang,
kecuali Abu Bakar." (Riwayat Ibnu Ishaq).[7]

Ia adalah teman setia Rasulullah dalam perjalanan hijrah. Dan yang
menemani beliau ketika di gua Tsur. Beliau juga tidak pernah absen
dalam semua peperangan bersama Rasulullah.[8] Kalau bukan orang
terpercaya tentu Rasulullah tidak akan mengajak Abu Bakar dalam
perjalanan yang sangat rahasia dan sangat berbahaya ini.

Bahkan ketika Rasulullah melakukan Isra' Mi'raj dari Masjidil haram ke
Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit tujuh, banyak orang musyrik yang
tidak percaya. Lalu mereka mendatangi Abu Bakar dengan harapan Abu
Bakar akan menolaknya.

Tetapi ternyata Abu Bakar mejawab, "Jika memang benar Muhammad yang
mengatakannya, maka ia telah berkata benar, dan sungguh aku akan
membenarkannya lebih dari itu."[9] Karena itulah Abu Bakar mendapat
gelar Ash Shidiq.

Komitmen Pada Jama'ah (Commitmen to Organization)

Kompetensi inti (core) lainnya dari Abu Bakar adalah komitmennya
pada organisasi (jama'ah). Komitmen Organisasi adalah kemampuan dan
kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan,
perioritas dan sasaran organisasi, ini mencakup cara-cara mengembangkan
tujuan atau memenuhi kebutuhan organisasi. Intinya adalah mendahulukan
misi organisasi dari pada kepentingan pribadi.[10]

Dalam bahasa penulis adalah mendahulukan kepentingan umat dan jama'ah
kaum muslimin di atas kepentingan pribadi. Jama'ah juga berarti
komitmen kepada kebenaran.

Dan Abu Bakar adalah orang yang sangat mendahulukan kepentingan
umatnya/kaum muslimin serta sangat komitmen dengan kebenaran.

Contohnya, setelah diangkat sebagai khalifah, beliau berkhutbah dan
berpidato di atas mimbar Masjid Nabawi :

Hai orang banyak semuanya

Aku diangkat mengepalai kalian

Dan aku bukanlah yang terbaik diantara kalian

Jika aku membuat kebaikan

Maka dukunglah aku

Jika aku membuat kejelekan

Maka luruskanlah aku

Kebenaran itu suatu amanat

Dan kebohonganitu suatu khianat

Yang terlemah diantara kalian aku anggap yang terkuat sampai aku
mengambil dan memulangkan haknya.

Yang terkuat diantara kalian aku anggap yang terlemah sampai aku
mengambil hak si lemah dari tangannya.

Janganlah seorangpun diantara kalian meninggalkan jihad

Kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah

Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.

Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya tidak ada kewajiban patuh
kepadaku

Kini marilah kita melakukan sholat

Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kalian[11]

Coba anda cari pemimpin di dunia yang siap dikritik jika melakukan
kesalahan dan kejahatan. Pemimpin-pemimpin kerdil itu justru
memberangus, memenjarakan dan membunuh orang-orang yang mengkritiknya.

Beliau juga sangat komitmen dalam tugasnya menjaga kemurnian ajaran
Islam. Karena pada saat itu terjadi banyak kesesatan seperti lahirnya
nabi palsu Musailamah Al Kadzab la'natullah, gerakan pemurtadan
(riddah) dan pembangkangan.

Sejarawan Islam Joesoef Sou'yb mencatat, "Wafatnya Rasululah telah
menimbulkan kegoncangan di semenanjung Arabia. Timbul gerakan riddat
disana-sini. Yakni gerakan membelot dari agama Islam. Hampir seuruh
kabilah-kabilah di luar kota Madinah dan Mekah terlibat dalam gerakan
riddat. Begitupun kerajaan-kerajaan setempat pada belahan selatan
Arabia. Peristiwa itu menimbulkan kecemasan yang besar di ibukota
Madinah Al Munawwarah."[12]

Dalam kondisi seperti ini tampak jelas kompetensi Abu Bakar dalam
membela kebenaran sekaligus juga kuatnya karakter kepemimpinan
(Leadership)dan keberanian beliau.

Dengan komitmen dan tekad yang bulat Abu Bakar mengirimkan pasukan
untuk memberantas para pemeberontak agama tersebut. Akhirnya beliau
berhasil mengatasi ujian berat ini. Beliau berhasil menumpas kaum
riddat di Bahrain, Oman, Mahra, Hadralmaut dan Yaman.[13]

Komitmen dalam kebenaran ini juga ditunjukkan dalam sikapnya untuk
selalu memenuhi hak-hak Allah SWT dan hak-hak manusia. Suatu hari
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :

"Siapa diantara kalian yang berpuasa hari ini?", "Saya jawab Abu
Bakar.". Siapa yang mengiringi jenazah pada hari ini?, "Saya jawab Abu
Bakar." Siapa diantara kalian yang memberi makan fakir miskin pada hari
ini?, "Saya jawab Abu Bakar." (HR Muslim).[14]

Team Leadership (TL) Abu Bakar

Kepemimpinan Abu Bakar terlihat pada sikapnya dalam membela
kebenaran dan menumpas gerakan pemurtadan & nabi palsu sebagaimana
telah dijelaskan di atas.

Bukti ini juga terlihat dalam debat yang seru antara beliau dan
Umar bin Khattab dalam mensikapi orang-orang yang tidak mau membayar
zakat.

Umar berpendirian bahwa mereka tidak perlu diperangi selama mereka
masih sholat. Sementara Abu Bakar berpendirian untuk memerangi dan
menumpas orang yang memisahkan antara sholat dan zakat. Sebab zakat
adalah bagian dari rukun Islam. Maka jika salah satunya roboh maka
robohlah rukun Islam. Yang berarti keluar dari Islam (murtad).

Bukti lainnya adalah hanya
Bukti ini juga terlihat dalam debat yang seru antara beliau dan Umar
bin Khattab dalam mensikapi orang-orang yang tidak mau membayar zakat.

Umar berpendirian bahwa mereka tidak perlu diperangi selama mereka
masih sholat. Sementara Abu Bakar berpendirian untuk memerangi dan
menumpas orang yang memisahkan antara sholat dan zakat. Sebab zakat
adalah bagian dari rukun Islam. Maka jika salah satunya roboh maka
robohlah rukun Islam. Yang berarti keluar dari Islam (murtad).

Bukti lainnya adalah hanya Abu Bakar (diantara para sahabat) yang
mampu meng-Islamkan seluruh anggota keluarganya. Beliau meng-Islamkan
bapak dan ibunya. Semua anak laki-lakinya yaitu Abdullah, Abdurrahman
dan Muhammad. Dan anak-anak perempuannya yaitu Asma', Aisyah dan Ummi
Habibah.

Beliau juga meng-Islamkan semua istri-istrinya. Qatilah, Ummi
Ruman dan Asma' binti Umais dan Habibah binti Kharijah Radiyallahu
'anhum.[1]

Selain itu beliau juga meng-Islamkan sahabat-sahabat terkemuka. Seperti
Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'd bin Abi
Waqqash, Thallah bin Ubaidilah dan Abu Ubaydah bin Jarrah Radhiyallahu
'anhum. Semuanya termasuk orang-orang yang dijamin masuk syurga.[2]

Charitable (CH)- Kedermawanan Abu Bakar

Beliau adalah saudagar yang kaya raya. Dengan hartanya ia bebaskan para
budak. Yaitu Bilal, Amir ibnu Fuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan
putrinya, Jariyah binti Mua'amil dan Ummu Ubays.[3]

Abu Bakar RA juga sangat dermawan. Namun hidupnya sangat
sederhana. 'Aisyah berkata, "Abu Bakar menginfakkan 4.000 dirham kepada
Nabi SAW." "Ketika meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan satu
dinar dan tidak pula satu dirhampun. " kata putrinya 'Aisyah RA.[4]

Padahal kita tahu beliau adalah khalifah. Seorang kepala negara yang
memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan.

Bahkan menurut riwayat beliau pernah menyumbangan seluruh hartanya
untuk dakwah Islam. Sampai-sampai Rasulullah bertanya, "Lalu apa yang
kau tinggalkan untuk keluargamu?". Abu Bakar menjawab, "Allah dan
Rasul-Nya."[5]

[1]Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Ilmu dan Ulama, Pustaka Azzam
(Jakarta:2001), hal. 164.

[2]Ibid Muhammad Sa'id Mursi, hal. 6.

[3]Ibid hal. 6.

[4]Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, Pustaka Azzam (Jakarta:2006),
jilid 18, hal. 397. 1 dirham = 3,5 gram perak.

[5]Khalid Muhammad Khalid hal. 81.

--------------------------------------------------------------------------------

[1]Joko Siswanto, Materi Pelatihan SDM, Manajemen SDM Berbasis
Kompetensi

[2]Joesoef Sou'yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang
(Jakarta:1979), hal. 132.

[3]1 dirham setara dengan 3.5 gram perak.

[4]Joesoef Sou'yb, hal 133.

[5]Khalid Muhammad Khalid, Kehidupan Para Khalifah teladan, Pustaka
Amani (Jakarta:1995), hal. 81

[6]Ibid

[7]Syaikh Muhammad Sa'id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar islam Sepanjang
Sejarah, Pustaka Al Kautsar (Jakarta:2007), hal. 6.

[8]Ibid hal. 8.

[9]Muhammad Sa'id Ramadhan Al Buthy, Sirah Nabawiyah, Rabbani Press
(Jakarta:1992), Buku Kesatu, hal. 193.

[10]Joko Siswanto, Materi pelatihan Manajemen SDM Berbasis Kompetesi.

[11]Joesoef Sou'yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang
(Jakarta:1979), hal. 26-27. Pidato tersebut dilakukan menjelang sholat
Isya'

[12]Ibid hal. 31.

[13]Ibid hal. 77-84.

[14]Ibid hal. 7.

Tidak ada komentar: