Senin, 19 November 2007

Suul Khatimah

Sumber bacaan: Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.

Suul Khatimah (mati dengan tidak beriman) sangat ditakuti
oleh orang-2 yang saleh. Imam Ghazali membagi suul khatimah mejadi dua
tingkatan. Pertama ialah berkenaan dengan hati dan perasaan seseorang
menjelang sakaratul maut merenggut. Hatinya menjadi ragu-ragu serta tidak
percaya lagi kepada Allah kemudian mati dalam keadaan tidak beriman. Kedua
ialah hubbud-dunya (cinta dunia) yaitu seseorang yang dirundung kecintaan
dalam urusan dunia yang tidak ada hubungan terhadap masaalah akhirat. Dari
dua tingkatan tersebut tingkat pertama lebih berat siksanya sebab dalam
Qur'an disebutkan bahwa api neraka hanya akan menimpa orang-2 yang
tertutup hatinya terhadap Allah. Semoga kita diberi hidayah oleh Allah
agar terhindar dari keadaan suul khatimah (insyaAllah).

Pada tingkat pertama: menjelang sakaratul maut dalam keadaan
kesakitan yang berat sehingga hatinya menjadi ragu-ragu kemudian memuncak
sehingga muncul ketidak percayaan lagi kepada Allah. Apabila nyawa dicabut
maka orang semacam ini akan mati dalam keadaan tidak beriman,
naudzubillah. Kematian ini bisa terjadi karena kekufuran terhadap Allah
manakala sifat ini menjadi penghalangnya dengan Allah swt selama-lamanya.
Tabir kekufuran ini menyebabkan akan menerima azab dari Allah swt terus
menerus.

Tingkat yang ke dua: yaitu hati manusia yang dikuasai oleh
kecintaan terhadap masaalah-masaalah dunia yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan urusan akhirat. Sebagai contoh ialah, apabila seseorang
yang sedang membangun rumah dan dalam proses membangun rumahnya sakaratul
maut segera menjemput. Pada keadaan semacam ini dia hanya teringat akan
pembangunan rumah yang belum selesai, tidak ada nama Allah dihatinya.
Orang macam ini adalah mati dalam keadaan jauh dari Allah swt. Orang yang
dalam hidupnya hanya ingat akan hartanya atau lebih mencintai harta
dibandingkan dengan Tuhannya maka dia akan menerima azab yang pedih dari
Nya.

Demikianlah sifat suul khatimah yang umumnya dihindari oleh
orang mukmin yang tidak hanya tergiur dengan hubbud-dunya (cinta dunia)
tetapi masih selalu ingat kepada Allah swt. Dalam al-Qur'an disebutkan
bahwa pada hari kematian harta dan anak-2 laki-2 tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
(periksa di surat asy-syu'ara 88-89). Kepada orang semacam ini akan
terhindar dari panasnya api neraka. Dalam hadist riwayat Ya'la bin
Munnabbih apineraka berkata "Silahkan kalian berlalu wahai orang mukmin,
karena cahaya yang terpancar dihatimu telah memadamkan nyala apiku."

Ada beberapa penyebab sifat suul khatimah, secara umum
seperti yang telah diuraikan dengan singkat seperti diatas. Seorang yang
hati-hati dalam menempuh hidup, zuhud, saleh pun dapat bersifat suul
khatimah pada saat sakaratul maut. Hal ini dimungkinkan karena pada saat
hidupnya masih melakukan bid'ah, bertentangan dengan sifat-2 yang telah
dianjurkan oleh Rasulullah saw serta para sahabat dan tabi'in. Rosulullah
saw pernah berkata kepada sahabat tentang Khawarij yang rajin shalat dan
membaca al-Qur'an: "Membaca Al-Quran lebih rajin dari kamu (para sahabat)
dan solatnya lebih rajin daripada kamu; sampai masing-masing
jidadnya(dahinya) hitam , tapi mereka membaca Al-Quran tidak sampai ke
lubuk hatinya dan solatnya tidak diterima oleh Allah swt."

Jadi bida'ah adalah sangat berbahaya, karena dapat
menyesatkan keyakinan seseorang, bahwa menyerupakan Allah dengan makhluk.
Misalnya : betul-betul duduk dalam Arash, padahal Allah itu Laisakamislihi
syai'un. Apabila nanti pintu hijab telah terbuka maka akan didapati bahwa
Allah tidak seperti yang telah dibayangkan. Dan ia mengingkari Allah. Nah,
dikala itu ia akan mati dalam Suul Khotimah. Kelak kalau orang sudah
sakaratulmaut dan terbuka hijab, baru menyadari bahwa kenyataannya tidak
sesuai dengan apa yang menjadi bayanganya. Dia mati dalam keadaan suul
khatimah, walaupun amalannya sangat baik. Na'udzubillah, maka dalam
ibadah kita harus iktikad.

Apabila kita salah dalam iktikad krn pemikiran sendiri atau
krn ikut-ikutan pada orang lain, ia akan terkena mara bahaya. Kesalehan
dan kezuhudan serta tingkah laku yang baik, tidak mampu menolongnya.
Bahkan tidak ada yang akan menyelamatlkan dirinya melainkan iktikad yang
benar. Krn itu perhatikan dan contohlah hal-hal yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW yang semua didasarkan pada iktikad yang baik. Orang yang
fikirannya sederhana adalah lebih selamat. Sederhana, tidak berfikir
secara mendalam, meskipun bisa dikatakan orang kurang ilmunya, tapi ia
lebih selamat daripada orang yang berlagak mempunyai ilmu, tapi dasar
iktiqadnya tidak benar. Orang sederhana secara garis besar adalah orang
yang beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada Akhirat.Orang semacam
ini akan selamat.

Kalau kita tidak mempunyai waktu untuk memperdalam
pengetahuan ilmu Tauhid, maka usahakan dan perjuangkan agar dalam garis
besarnya kita tetap yakin dan percaya; seperti itu sudah selamat. Cukup
kalau didalam hatinya ia berkata : "Ya saya beriman kepada Allah S.W.T.,
hakikatnya berserah diri kepada Allah, dan iman kepada akhirat". Terus dia
beribadah dan mencari rezeki yang halal dan mencari pengetahuan yang
berguna bagi masyarakat, sebetulnya itu lebih selamat bagai orang yang
tidak sempat belajar secara mendalam.

Rasulullah s.a.w. pernah memperingatkan orang yang sedang
memperdebatkan masalah takdir. Rasulullah sampai merah padam wajahnya,
lalu berpidato : "Sesatnya orang-orang yang dulu itu krn suka berdebat,
antara lain tentang qada dan qodar". Dan baginda bersabda: "Orang-orang
yang asalnya benar, tapi kemudian sesat, itu dimulai krn suka
berbantah-bantahan. Berbantah-bantahan itu kadang-kadang memperebutkan
hal-hal yang tidak ada gunanya". Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan
sabdanya: "Sebahagian besar dari penghuni syurga itu adalah orang-orang
yang fikirannya sederhana saja"diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam
Sju-Abil Iman.

Dalam beriktkad hendaknya jangan ragu-ragu dan cukup garis
besarnya saja. Rasulullah SAW melarang kita berbicara yang sia-sia tidak
perlu turut campur urusan orang, berpikirlah agar ibadah kita diterima,
mencari rizki yang halal. Bekerja apa saja, silahkan pilih
pekerjaan yang disukai, menjadi tukang sepatu, jadi petani, atau jadi
dokter, pokoknya jangan mencampuri urusan orang, kalau bukan ahlinya.

Apa yang terdapat dalam Al-Quran dan AS-Sunnah kita harus
percaya dan kalau ada ayat-ayat Al-Quran yang tidak mengerti, mari kita
serahkan kepada Allah swt. Bagi orang-orang awam yang bukan ahli, cukup
diterima apa adanya,pokoknya kita jangan menyekutukan Tuhan dengan apapun,
pegang saja laisa kamislihi syai'un. Apa yang terlintas di hati,
sebetulnya hanya buatan hati saja, Jika saja timbul waswas yang dilakukan
oleh syaitan, maka tolaklah itu. Bagaimana Allah itu ??? Wallahu a'lam.
Allah sendiri Yang Tahu, Adapun tentang diri kita sendiripun, kita tidak
tahu, apalagi zat Allah swt. Rasulullah melarang kita main
ta'wil-ta'wilan terus berselindung dengan Ayat Al-Quran.

Ayat-2 Allah dalam Al-Qur'an sudah pasti benar sangat
berbeda dengan teori-2 manusia yang selalu mengalami proses perobahan
untuk menyempurnakannya. Janganlah sekali-kali kita berani mendasarkan
i'tikad yang hanya didasarkan pada hasil perhitungan saja. Sebaiknya kita
mengetahuinya secara global, sebab hal itu ada yang melarang, agar
pintunya jangan dibuka sama sekali. Krn ada orang yang mendapat ilham dari
Allah dengan dibersihkan hatinya dan inkisyaf, sebelum mati sudah
inkisyaf, nanti setiap orang juga inkisyaf, meskipun bukan Wali. Namun
Aulia Allah pun kadang-kadang sudah inkisaf pada masa hidupnya.

Para Wali tahu akan adab kesopanan, mereka diam, krn sulit
menterjemahkan imajinasinya dengan kata-kata, seandainya hal ini dibahas
maka akan banyak sekali bahaya-bahayanya. Permaslahan yang sulit tentang
sifat-sifat dan dzat Allah, tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran
manusia. Mereka mendekatkan diri kepada-Nya, cukup dengan perasaan bukan
dengan akal. Dan rasa batin itu belum ada bahasanya, hanya kadang-kadang
paara wali membuat istilah yang hanya bisa dipahami oleh kalangan mereka
sendiri saja. Ini sebab yang pertama.

Sebab yang kedua berkenaan dengan Suul Khotimah, akibat dari
lemahnya iman karena sebagian besar akibat pergaulan. Orang yang bergaul
dengan sesama orang yang lemah imannya, akan memperlemah keimanannya.
Bacaan-bacaan yang kurang banyak manfaatnya juga dapat memperlemah iman,
kecenderungan menjadi atheis dan kufur lebih besar.

Kedua sebab dari lemah iman itu ditambah lagi dengan sifat
hubbud-dunya. Kalau iman sudah lemah, cinta kepada Allah juga jadi lemah,
dan kuat cintanya kepada dunia yang berarti mementingkan diri sendiri
dalam soal-soal keduniawian. Akhirnya kalau sudah dikuasai
betul-betul hubbud dunya, tidak ada tempat untuk cinta kepada Allah S.W.T.
sebagai penciptanya. Hanya itu saja yang terlintas dihati; Oh, cinta
kepada Allah, Allah pencipta diriku. Tapi pengakuan ini hanya merupakan
hiasan bibir batin saja. Hal inilah yang meyebabkan dia terus menerus
melampiaskan syahwatnya, sehingga hatinya menghitam dan membatu,
bertumpuk-tumpuk kegelapan dosa itu dihatinya. Imamnya semakin lama,
semakin padam; akhirnya hilang sama sekali dan jadilah ia kufur, hal ini
sudah menjadi tabiat.

Allah swt berfirman dalam surat at-taubah: 87 "Hati mereka
telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui". Dosa mereka merupakan
kotoran yang tidak bisa dibersihkan dari hatinya. Kalau sudah datang
sakaratul maut, maka cinta mereka kepada Allah semakin lemah, sebab mereka
merasa berat dan sedih meninggalkan dunianya, krn keduniawian sudah
menguasai diri mereka. Setiap orang yang meninggalkan kecintaannya tentu
akan merasa sedih lalu timbul dalam fikirannya : "Kenapa Allah mencabut
nyawaku ?" Kemudian berubah hati murninya, sehingga dia membenci takdir
Allah. Kenapa Allah mematikan aku dan tidak memanjangkan umurku ? Kalau
matinya dalam keadaan demikian, maka ia mati dalam keadaan Suul Khotimah,
naudzubillah.

Tidak ada komentar: