Sering kita marah-marah padahal
Nabi sangat melarang hal ini. Adakalanya kita berdalih dengan alasan kita
melakukannya karena agama. Padahal Allah mengutamakan kebaikan akhlak, bukan kekasaran:
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu." [Ali `Imran:159]
Memang ada beberapa kondisi yang
mewajibkan kita marah bahkan berperang mengangkat senjata terhadap orang-orang
yang sangat zhalim tapi itu ada persyaratan khusus yang biasanya dibahas dalam
bab lain khususnya yang berkaitan dengan jihad. Di sini kita akan mempelajari
tentang marah.
Abdullah bin Umar r.a.
mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Orang Islam itu adalah orang yang
orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang
berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah." [HR
Bukhari]
Seorang mukmin bukanlah
pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)
Dari hadits di atas jelaslah seorang
yang pemarah bukanlah orang Islam dan juga bukan orang beriman karena
orang-orang takut mendekat dan kena marah olehnya.
Abu Musa r.a. berkata, "Mereka
(para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, Islam manakah yang lebih utama?'
Beliau menjawab, 'Orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan
tangannya. "'[HR Bukhari]
Ketika marah, kita harus bisa
menahan diri.
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi
wa Sallam bersabda: "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat,
tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." Muttafaq Alaihi.
Orang yang suka marah/zhalim pada
orang lain niscaya akan merasa kegelapan pada hari kiamat. Ketika
listrik mati di malam hari dan gelap tak ada alat penerang kita tidak suka hal
itu. Nah
kegelapan hari kiamat jauh lebih buruk dari hal itu dan lebih lama:
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah kedholiman karena
kedholiman ialah kegelapan pada hari kiamat, dan jauhilah kikir karena ia telah
membinasakan orang sebelummu." Riwayat Muslim.
Ketika seseorang minta nasehat, Nabi
menjawab "Jangan marah" berulangkali:
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu
'anhu bahwa ada seseorang berkata: Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat.
Beliau bersabda: "Jangan marah." Lalu orang itu mengulangi beberapa
kali, dan beliau bersabda: "Jangan marah." Riwayat Bukhari.
Orang yang paling baik akhlaknya
yang dekat dengan Nabi. Bukan orang yang pemarah:
Paling dekat dengan aku kedudukannya
pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu
ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Orang yang marah karena diingatkan
untuk takwa kepada Allah berdosa besar:
Cukup berdosa orang yang jika
diingatkan agar bertaqwa kepada Allah, dia marah. (HR. Ath-Thabrani)
Salah satu penyebab yang paling
banyak membuat orang masuk neraka adalah mulut yang suka marah. Meski dia rajin
sholat, puasa, zakat dan haji tapi jika suka marah tetap masuk neraka:
Rasulullah Saw ditanya tentang
sebab-sebab paling banyak yang memasukkan manusia ke surga. Beliau menjawab,
"Ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik." Beliau ditanya lagi,
"Apa penyebab banyaknya manusia masuk neraka?" Rasulullah Saw
menjawab, "Mulut dan kemaluan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
Kebanyakan dosa anak Adam karena
lidahnya. (HR.
Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih
mengetahui." Beliau bersabda, "Menyebut-nyebut sesuatu tentang
saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai."(HR. Muslim)
Sulaiman bin Shurad ra., ia berkata:
Dua orang pemuda saling mencaci di hadapan Rasulullah saw. lalu mulailah mata
salah seorang dari mereka memerah dan urat lehernya membesar. Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya aku tahu suatu kalimat yang apabila diucapkan, maka akan
hilanglah kemarahan yang didapati yaitu "Aku berlindung kepada Allah dari
godaan setan yang terkutuk". Lelaki itu berkata: Apakah engkau menyangka
aku orang gila?. (Shahih Muslim No.4725)
Sering orang marah kepada
pembantunya / bawahannya karena dia merasa lebih tinggi sementara pembantunya /
bawahannya lebih rendah dan selalu takut kepadanya. Padahal menurut Anas
seorang pembantu Nabi, selama 10 tahun dia bekerja dengan Nabi, tak pernah
sekalipun Nabi memarahinya meski dia ada salah.
Seorang sahabat berkata kepada
Rasulullah Saw, "Pelayan (pembantu rumah tangga) saya berbuat keburukan
dan kezaliman." Nabi Saw menjawab, "Kamu harus memaafkannya setiap
hari tujuh puluh kali." (HR. Al-Baihaqi)
Biasanya orang marah terhadap
pembantu / bawahan karena pekerjaan "kurang/tidak beres". Padahal Nabi
memerintahkan untuk memberi pekerjaan hanya sesuai kemampuan mereka dan jika
perlu kita harus membantu mereka jika mereka kesulitan. Allah memberi ganjaran
pahala untuk itu:
Apa yang kamu ringankan dari
pekerjaan pembantumu bagimu pahala di neraca timbanganmu. (HR. Ibnu Hibban)
Bagi seorang budak jaminan
pangan dan sandangnya. Dia tidak boleh dipaksa melakukan pekerjaan yang tidak
mampu dilakukannya. (HR. Muslim)
Pelayan-pelayanmu
adalah saudara-saudaramu. Allah menjadikan mereka bernaung di
bawah kekuasaanmu. Barangsiapa saudaranya yang berada di bawah naungan
kekuasaannya hendaklah mereka diberi makan serupa dengan yang dia makan dan
diberi pakaian serupa dengan yang dia pakai. Janganlah membebani mereka dengan
pekerjaan yang tidak dapat mereka tunaikan. Jika kamu memaksakan suatu
pekerjaan hendaklah kamu ikut membantu mereka. (HR. Bukhari)
Allah melarang kita untuk banyak
bicara. Apalagi banyak marah. Karena akan menyebabkan kita masuk neraka:
Sesungguhnya Allah melarang kamu
banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya. (HR. Asysyihaab)
Barangsiapa banyak bicara maka
banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan
barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya. (HR.
Ath-Thabrani)
Jika marah, diamlah. Kebanyakan
penyebab retaknya rumah tangga / keluarga adalah ketika suami/istri marah,
mereka tidak diam. Justru melontarkan perkataan yang menyakitkan hati
pasangannya. Padahal dengan diam pun pasangan kita tahu kita sedang marah tanpa
membuat dia sakit hati karena perkataan kita:
Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah
diam. (HR. Ahmad)
Jika kita marah, maka pahala
kita akan diberikan kepada orang yang kita marahi. Jika pahala kita habis, maka
dosa orang yang kita marahi dipindahkan Allah ke kita. Inilah orang yang
muflis/bangkrut di akhirat. Dia mengira akan masuk surga karena rajin
beribadah, tapi dia juga rajin menzhalimi/memarahi orang lain hingga akhirnya
masuk neraka:
Apabila ada orang yang
mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu
mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya
untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)
Tahukah kamu siapa orang yang
bangkrut? Para sahabat menjawab, "Allah dan rasulNya lebih
mengetahui." Nabi Saw lalu berkata, " Sesungguhnya orang yang
bangkrut dari umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa
amalan puasa, shalat dan zakat, tetapi dia pernah mencaci-maki orang ini dan
menuduh orang itu berbuat zina. Dia pernah memakan harta orang itu. Di akhirat
orang-orang yang disakitinya menuntut dan mengambil pahalanya sebagai tebusan. Bila
pahalanya habis sebelum selesai ganti rugi atas dosa-dosanya maka dosa
orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan
ke api neraka." (HR. Muslim)
Jika kita berbuat salah kepada
Allah, begitu kita tobat dan minta ampun kepada Allah, niscaya Allah memaafkan.
Tetapi jika kita berbuat salah terhadap manusia, misalnya memarahinya, dosa
kita tidak akan diampuni kecuali orang yang kita meminta maaf kepada orang yang
kita zhalimi.
Ada satu kisah seorang ayah
menyuruh anaknya yang pemarah untuk memaku beberapa paku ke pagar. Meski
paku-paku itu dicabut, namun lubang bekas paku itu tetap ada. Begitulah jika
kita memarahi orang. Meski kita sudah minta maaf, namun bekas luka di hati orang
yang kita marahi akan tetap ada.
Kita harus yakin bahwa Allah
Maha Melihat dan Maha Mendengar. Sehingga Allah mengetahui jika kita sedang
menzhalimi seseorang. Kita juga harus yakin bahwa segala ucapan dan tindakan
kita selalu dicatat oleh dua malaikat, yaitu Roqib dan `Atid dan akan dihitung
di hari Kiamat nanti. Oleh sebab itu hindarilah segala ucapan dan perbuatan
yang buruk.
Jangan mencaci/menghina orang
lain dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka:
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik. Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri (maksudnya saudaramu) dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan..." [Al Hujuraat:11]
Tips agar
tidak marah:
·
Baca ta´awudz (a´udzubillahi minasy syaithoonir rojiim)
sebab setan membisikkan manusia untuk berbuat dosa termasuk marah. Berlindunglah
terhadap Allah.
·
Bersabarlah. Tahan kemarahan anda
·
Diamlah
·
Jika anda berdiri, duduklah.
·
Jika masih marah, berwudlu-lah
·
Jika terpaksa bicara, beritahu cara yang benar. Misalnya:
Kalau melakukan ini caranya begini sambil memperagakannya. Jangan panjang-panjang
cukup 2x. Kalau kesalahan masih terulang, ulangi lagi nasehat tersebut. Hindari
menggelari orang dengan sebutan yang anda sendiri tidak suka seperti bodoh, dan
sebagainya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar