Senin, 19 November 2007

Beberapa Peristiwa Sekembali Dari Thaif

Sirah Nabawiyah:

Beberapa Peristiwa Sekembali Dari Thaif

"Sepulangnya dari Thaif, Rasulullah berjalan melewati Dahna (salah satu
wilayah di Thaif ) kemudian berhenti di Ji'ranah bersama para sahabat dan
banyak sekali tawanan dari kabilah Hawazin. Salah seorang sahabat berkata
kepada Rasulullah ketika beliau meninggalkan Tsaqif, 'Wahai Rasulullah,
doa-kan orang-orang Tsaqif'. Rasulullah bersabda, 'Ya Allah, berilah
petunjuk kepada orang-orang Tsaqif dan datangkan mereka'.

Kemudian Rasulullah dikunjungi oleh delegasi dari kabilah Hawazin di
Ji'ranah. Ketika itu, Rasulullah membawa tawanan kabilah Hawazin sebanyak
enam ribu orang dari anak-anak dan para wanita, serta unta dan kambing yang
tidak terhitung jumlahnya".

Delegasi kabilah Hawazin datang kepada Rasulullah dan telah masuk Islam.
Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami adalah asal-usul keturunan dari
keluarga besar. Kami telah mendapatkan petaka seperti engkau ketahui. Oleh
karena itu, berilah kami karunia semoga Allah memberi karunia kepadamu."

Salah seorang delegasi kabilah Hawazin dari Bani Sa'ad bin Bakr yang
bernama Zuhair dan bisa dipanggil Abu Shurad berdiri kemudian berkata,
"Wahai Rasulullah, di tempat penampungan para tawanan terdapat bibi-bibimu
dari jalur ayah, bibi-bibimu dari jalur ibu, dan wanita-wanita penyusui
yang dulu mengasuhmu.* Jika kami menyusui untuk Al-Harits bin Abu Syamr
atau An-Nu'man bin Al-Mundzir, kemudian kami mendapatkan musibah seperti
yang engkau timpakan kepada kami, maka kami mengharapkan belas kasihannya
dan karunianya kepada kami. Dan engkau adalah anak asuhan yang paling
baik".

"Kemudian Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah Hawazin, 'Manakah
yang lebih kalian cintai; anak-anak dan wanita-wanita kalian; ataukah harta
kalian?' Delegasi kabilah Hawazin berkata, 'Wahai Rasulullah, engkau
menyuruh kami memilih antara anak keturunan kami dengan harta kami?
Kembalikan wanita-wanita dan anak-anak kami, karena mereka lebih kami
cintai daripada yang lain'. Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah
Hawaziin, 'Jatahku dan jatah Bani Abdul Muththalib menjadi milik kalian.
Selepas aku mengerjakan shalat Zhuhur bersama kaum muslimin, berdirilah
kalian kemudian katakan bahwa kami meminta dispensasi kepada Rasulullah
atas hak-hak kaum muslimin dan meminta dispensasi kepada kaum muslimin atas
hak-hak Rasulullah, niscaya saat itu permintaan kalian akan aku berikan
kepada kalian dan aku akan meminta untuk kalian'.

Setelah Rasulullah mengerjakan shalat Zhuhur bersama kaum mus-limin,
delegasi kabilah Hawazin berdiri dan berkata seperti diperintahkan
Rasulullah. Kaum Muhajirin berkata, 'Jatah kami menjadi milik Rasu-lullah'.
Kaum Anshar berkata, 'Jatah kami menjadi milik Rasulullah'. Al-Aqra' bin
Habis berkata, 'Jatahku dan jatah Bani Tamim tidak menjadi milik
Rasulullah'. Uyainah bin Hishn berkata, 'Jatahku dan jatah Bani Fazarah
tidak menjadi milik Rasulullah'. Abbas bin Mirdas berkata, 'Jatahku dan
jatah Bani Sulaim tidak menjadi milik Rasulullah'. Bani Sulaim berkata,
'Tidak begitu, jatah kami menjadi milik Rasulullah'. Abbas bin Mirdas
berkata kepada Bani Sulaim, 'Kalian telah melemah-kanku'. Rasulullah
bersabda, 'Jika salah seorang dari kalian tetap mem-pertahankan haknya atas
tawanan ini, ia berhak mendapatkan enam bagian sebagai tebusan dari setiap
tawanan mulai dari tawanan yang pertama kali aku dapatkan'. Maka dari itu
kembalikan kepada para delegasi anak-anak dari istri-istri mereka."

"Rasulullah bersabda kepada delegasi kabilah Hawazin dan bertanya kepada
mereka tentang Malik bin Auf An-Nashri, 'Apa yang sedang ia kerjakan?'
Delegasi kabilah Hawazin menjawab, 'Malik bin Auf An-Nashri sedang berada
di Thaif'. Rasulullah bersabda, 'Katakan kepada Malik bahwa jika ia datang
kepadaku dalam keadaan Islam, aku akan mengembalikan keluarga dan hartanya
seratus unta'. Informasi tersebut disampaikan kepada Malik bin Auf,
kemudian ia keluar dari Thaif ber-maksud menemui Rasulullah. Malik bin Auf
An-Nashri khawatir kalau orang-orang Tsaqif mengetahui bahwa Rasulullah
bersabda seperti itu untuknya, karena jika mereka mengetahuinya, mereka
pasti menahannya. Oleh karena itu, ia memerintahkan kudanya didatangkan ke
Thaif, kemu-dian ia keluar dari Thaif pada malam hari. Malik bin Auf
An-Nashri duduk di atas kudanya memacunya hingga tiba di tempat untanya
disiapkan, kemudian ia menaiki unta tersebut menyusul Rasulullah dan
bertemu beliau di Al-Ji'ranah atau Makkah. Rasulullah mengembalikan
keluarga dan hartanya kepadanya, serta memberinya seratus unta. Ia masuk
Islam dan ke-Islamannya baik.

Malik bin Auf An-Nashri berkata ketika masuk Islam,

'Aku tidak pernah melihat dan mendengar manusia seperti Muhammad

Ia menepati janji dan memberi hingga banyak sekali jika diminta

Kapan saja engkau mau, ia pasti menjelaskan kepadamu apa yang terjadi besok
pagi

Jika satu batalion telah memperlihatkan taring-taringnya

Dengan pedang As-Samhari dan tebasan seluruh pedang dari India

Beliau seperti singa terhadap anak-anak singa'.

Rasulullah mengangkat Malik bin Auf An-Nashri sebagai pemimpin membawahi
orang-orang dari kaumnya yang telah masuk Islam. Kabilah-kabilah dari
kaumnya yang masuk Islam ialah Tsumalah, Salamah, dan Fahm. Bersama
kabilah-kabilah tersebut, Malik bin Auf An-Nashri me-merangi orang-orang
Tsaqif. Setiap kali hewan ternak orang-orang Tsaqif terlihat olehnya, ia
menyerangnya, hingga pada akhirnya ia berhasil mempersempit ruang gerak
mereka.

Tentang hal tersebut, Abu Mihjan bin Habib bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi
berkata,

'Musuh-musuh mengalir ke arah kami

Kemudian kami diserang Bani Salamah

Malik juga datang menyerang kami dengan mereka

Ia melanggar janji dan kehormatan

Ia datang kepada kami di rumah-rumah kami

Padahal dulunya kami adalah orang-orang kuat'.

Setelah mengembalikan para tawanan Perang Hunain kepada keluarganya,
Rasulullah naik ke atas kendaraan beliau diikuti orang-orang yang sambil
berkata, 'Wahai Rasulullah, bagikan kepada kami fay'i unta dan kambing
kepada kami'. Mereka membuntuti Rasulullah hingga mereka menyudutkan beliau
di salah satu pohon, akibatnya kain beliau nyangkut di pohon tersebut.
Rasulullah bersabda, 'Hai manusia, kembalikan kain-ku. Demi Allah,
seandainya kalian berhak atas hewan ternak sebanyak pohon di Tihamah, aku
pasti membagi-bagikannya kepada kalian, kemu-dian kalian tidak mendapatiku
sebagai orang bakhil, pengecut, dan pen-dusta'. Kemudian Rasulullah berdiri
di samping unta, mengambil bulu di punuk unta, dan mengangkatnya seraya
bersabda, 'Hai Manusia, demi Allah, aku tidak berhak atas fay' kalian dan
tidak pula atas harta sebesar bulu ini melainkan seperlimanya saja dan
seperlimanya dibagi-bagikan kepada kalian.

Oleh karena itu, kembalikan benang dan jarum, karena sesungguhnya Ghulul
adalah aib, api, dan noda di hari Kiamat'. Salah seorang dari kaum Anshar
datang dengan membawa gulungan benang dari rambut dan berkata, 'Wahai
Rasulullah, aku mengambil gulungan benang dari rambut ini dan
menggunakannya sebagai alas pelana untaku yang usang'. Rasulullah bersabda,
'Ini bagianku dari rampasan perang dan sekarang aku berikan kepadamu'.
Orang dari kaum Anshar tersebut berkata, 'Jika cuma ini, aku tidak
membutuhkannya. Orang tersebut pun membuang gulungan benang dari rambut
tersebut dari tangannya".

"Rasulullah memberi jatah kepada para muallaf, yaitu para tokoh kaum.
Dengan pemberian tersebut, Rasulullah ingin menaklukkan hati mereka dan
menaklukkan hati kaum mereka. Rasulullah memberi Abu Sofyan bin Harb
seratus unta, Muawiyah bin Abu Sofyan bin Harb sebanyak seratus unta, Hakim
bin Hizam sebanyak seratus unta, Al-Harits bin Al-Harits bin Kaldah saudara
Bani Abdduddaar (Ibnu Hisyam berkata, "Ia adalah Nushair bin Al-Harits bin
Kaladah. Namanya Al-Harits juga tidak salah".) seratus unta, Al-Harits bin
Hisyam seratus unta, Suhail bin Amr seratus unta, Huwaithib bin Abdul Uzza
bin Abu Qais seratus unta, Al-Ala' bin Jariyah Ats-Tsaqafi sekutu Bani
Zuhrah seratus unta, Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah bin Badr seratus unta,
Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi seratus unta, Malik bin Auf An-Nashri seratus
unta, dan Shafwan bin Umaiyah seratus unta. Mereka semua diberi seratus
unta.

Rasulullah juga memberi unta di bawah seratus ekor kepada sejum-lah
orang-orang Quraisy, seperti Makhramah bin Naufal Az-Zuhri, Umair bin Wahb
Al-Jumahi, dan Hisyam bin Amr saudara Bani Amir bin Luai. Aku tidak hapal
persis berapa unta yang diberikan Rasulullah kepada mereka, karena hanya
diketahui bahwa beliau memberi mereka unta di bawah seratus ekor.

Rasulullah memberi Sa'id bin Yarbu' bin Ankatsah bin Amir bin Makhzum lima
puluh unta, As-Sahmi lima puluh unta, dan memberi Abbas bin Mirdas beberapa
unta, tapi ia tidak terima dengan pemberian tersebut, kemudian ia mengecam
Rasulullah karena pembagian tersebut,

'Unta-unta tersebut adalah harta rampasan perang yang tidak dijaga

Kemudian aku mendapatkannya dengan mengendarai anak kuda di tanah datar

Aku membangunkan orang-orang yang tidur nyenyak

Jika manusia tidur, aku tidak tidur

Tapi, bagianku dan bagian Al-Ubaid** itu berbeda dengan bagian Uyainah dan
Al-Aqra'

Padahal di perang, aku mempunyai peran besar dalam pertahanan

Namun aku tidak diberi apa-apa dan tidak dilindungi

Melainkan hanya diberi anak-anak unta

Yang jumlah kakinya adalah empat

Hishn dan Habib tidak mengungguli ayahku*** di masyarakat

Kedudukanku tidak di bawah kedudukan keduanya

Siapa saja yang engkau rendahkan pada hari ini, ia tidak bisa diangkat
lagi'."

"Rasulullah bersabda, 'Pergilah kalian kepada Abbas bin Mirdas dan
potonglah mulutnya dari mengatakan sesuatu yang buruk tentang diriku'.
Kemudian Abbas bin Mirdas diberi tambahan hingga ia puas dan itulah cara
pemotongan mulutnya yang diperintahkan Rasulullah."****

Abu Sa'id Al-Khudri RA berkata: "Ketika Rasulullah membagi-bagi rampasan
perang kepada orang-orang Quraisy, kabilah-kabilah Arab, dan tidak
memberikan sedikit pun kepada kaum Anshar, maka kaum Anshar sedih, hingga
mereka seringkali mempersoalkan hal ini. Salah seorang dari kaum Anshar
berkata, 'Demi Allah, Rasulullah telah bertemu dengan kaumnya'. Sa'ad bin
Ubadah menemui Rasulullah dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kaum
Anshar mempunyai sesuatu tentang diri-mu atas keputusanmu terhadap fay'i
yang engkau dapatkan. Engkau membagi-bagikan kepada kaummu dan memberi
dalam jumlah besar kepada kabilah-kabilah Arab, sedang kaum Anshar sedikit
pun tidak mendapatkan daripadanya'. Rasulullah bersabda, 'Dimana posisimu
dalam hal ini, hai Sa'ad?' Sa'ad bin Ubadah berkata, 'Wahai Rasulullah, aku
juga berasal dari kaumku'. Rasulullah bersabda, 'Kumpulkan kaummu di tempat
penginapan unta'. Sa'ad bin Ubadah keluar lalu mengum-pulkan kaum Anshar di
tempat tersebut. Beberapa orang dari kaum Muhajirin datang dan Sa'ad bin
Ubadah membiarkan mereka masuk ke tempat tersebut. Sebagian orang dari kaum
Muhajirin datang lagi ke tempat tersebut, namun kali ini Sa'ad bin Ubadah
tidak mengizinkan mereka masuk.

Ketika kaum Anshar telah berkumpul, Sa'ad bin Ubadah mendatangi Rasulullah
dan berkata kepada beliau, 'Kaum Anshar telah berkumpul untuk bertemu
denganmu'. Rasulullah mendatangi mereka, kemudian memuji Allah,
menyanjungNya dengan sanjungan yang layak Dia terima, dan bersabda, 'Hai
seluruh kaum Anshar, apa maksud ucapan kalian yang telah sampai padaku? Apa
maksud kecaman kalian terhadapku? Bukankah aku datang kepada kalian yang
ketika itu tersesat kemudian Allah memberi petunjuk kepada kalian, kalian
miskin kemudian Allah mengkayakan kalian, dan kalian bermusuhan kemudian
Allah menyatukan hati kalian?' Kaum Anshar menjawab, 'Itu betul. Allah dan
RasulNya yang lebih utama'. Rasulullah bersabda lagi, 'Kenapa kalian tidak
menjawab pertanyaanku, hai kaum Anshar?' Kaum Anshar berkata, 'Kami harus
menjawab dengan apa, wahai Rasulullah?. Karena karunia dan keutamaan itu
milik Allah dan RasulNya'.

Rasulullah bersabda lagi, 'Demi Allah, jika kalian mau, kalian pasti
berbicara, kalian berkata benar, dan dibenarkan. Kalian akan mengatakan,
engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan kemudian kami
membenarkan-mu, engkau terlantar kemudian kami menolongmu, engkau terusir
kemu-dian kami melindungimu, dan engkau miskin kemudian kami membantumu.
Hai kaum Anshar, apakah kalian mempersoalkan secuil dunia yang dengannya
aku menundukkan hati salah satu kaum agar mereka masuk Islam, sedang aku
menyerahkan kalian kepada ke-Islaman kalian?. Hai kaum Anshar, tidakkah
kalian ridha sekiranya orang-orang pulang membawa kambing-kambing dan
unta-unta, sedang kalian pulang membawa Rasulullah ke tempat kalian? Demi
Dzat yang jiwa Muhammad berada di TanganNya, kalaulah tidak karena
peristiwa hijrah, aku menjadi salah seorang dari kaum Anshar. Jika manusia
melewati salah satu jalan dan kaum Anshar melewati jalan lain, aku pasti
berjalan di jalan yang dilalui kaum Anshar. Ya Allah, sayangilah kaum
Anshar, anak-anak kaum Anshar, dan cucu-cucu kaum Anshar'. Kaum Anshar pun
menangis hingga jenggot mereka basah oleh airmata. Mereka berkata, 'Kami
ridha Rasulullah sebagai bagian kami'. Setelah itu, Rasulullah pergi dan
kaum Anshar pun bubar".

CATATAN KAKI:

* Pengasuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Bani Sa'ad bin
Bakar berasal dari Hawaazin
** nama Persia bagi Abbas
*** Yakni ayahnya, yaitu Mirdas, diriwayatkan juga dengan lafal: Syaikhayya
(dua orang tuaku), maksudnya adalah bapaknya dan kakeknya. Dalam riwayat
lain disebutkan namanya langsung, yakni Mirdas
**** Ibnu Hisyam berkata: "Sebagian ahli ilmu menceritakan kepadaku bahwa
Abbas bin Mirdas menemui Rasulullah SAW lalu beliau berkata kepadanya:
"Apakah engkau yang mengatakan: "Tapi bagianku dan Al-Abid berbeda dengan
bagian Al-Aqra' dan Uyainah" Abu Bakar berkata: "bagian Uyainah dan
Al-Aqra'" Rasulullah menimpali: "Itu sama saja tiada beda", maka Abu Bakar
pun berkata: "Aku bersaksi bahwa engkau seperti yang Allah katakan: "Kami
tiada mengajarkan syair kepadanya dan memang tiada layak baginya."

Tidak ada komentar: